TEMPO.CO, Jakarta - Layanan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI mengalami gangguan beberapa hari ini dan diduga akibat serangan ransomware. Perusahaan sekuriti Kaspersky mengungkap bahwa pihaknya telah memblokir 304.904 serangan ransomware di ASEAN dan Indonesia mencatat insiden tertinggi.
Serangan siber terhadap BSI diungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. "Ada serangan, saya bukan ahlinya. Disebutkan ada tiga poin apalah itu sehingga mereka down hampir satu hari," ujarnya di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu, 10 Mei 2023.
Dugaan serangan ransomware ke BSI diungkap oleh pengamat dan praktisi keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya. "Jika layanan perusahaan terhenti dengan down time yang tidak wajar, maka patut dicurigai adanya hal yang sangat serius terjadi pada layanan tersebut, dan salah satu kemungkinannya di era digital ini adalah karena ransomware," kata Alfons, Rabu.
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara, di Kaspersky, mengatakan selama lima tahun terakhir, ransomware telah berevolusi dari ancaman bagi komputer individu menjadi bahaya serius bagi jaringan perusahaan (korporasi). Para pelaku kejahatan siber telah berhenti mencoba menginfeksi komputer sebanyak mungkin dan sekarang justru menargetkan korban dengan skala besar. Serangan terhadap organisasi komersial dan perusahaan memerlukan perencanaan yang cermat dalam menerapkan strategi pertahanan siber.
“Sektor perbankan dan lembaga layanan keuangan masih dan akan terus menjadi target utama kalangan penjahat siber dalam hal ini. Ini merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri mengingat sektor ini memiliki banyak informasi penting mengenai pelanggan dan besarnya jumlah uang yang tersimpan,” ujar Yeo Siang Tiong dalam keterangannya, Kamis, 11 Mei 2023. .
Statistik baru dari Kaspersky bahkan mengungkapkan bahwa total 304.904 serangan ransomware yang mengincar bisnis di Asia Tenggara telah diblokir oleh solusi B2B Kaspersky tahun 2022. Indonesia mencatat jumlah insiden tertinggi yang digagalkan oleh solusi Kaspersky B2B (131.779), diikuti oleh Thailand (82.438), dan Vietnam (57.389). Filipina mencatat total 21.076 serangan ransomware, Malaysia memiliki 11.750, dan Singapura memiliki 472.
Telemetri Kaspersky juga mengungkapkan bahwa jenis ransomware yang paling umum menargetkan bisnis di Indonesia adalah Trojan-Ransom.Win32.Wanna, Trojan-Ransom.Win32.Agent, Trojan-Ransom.Win32.Stop, Trojan-Ransom.Win32.Gen, dan Trojan-Ransom.Win64.Zikma.
Ransomware – malware yang mengunci perangkat atau file – terus berkembang dalam kualitas dan kuantitas. Bahkan, Kaspersky melihat munculnya kelompok ransomware tertarget yang menambahkan mode pemerasan lainnya – baik dengan menjual kembali data atau file yang telah mereka retas, melakukan serangan DDoS terhadap korban atau pelanggan korban, atau menggunakan data yang sama untuk melakukan tindak lanjut serangan seperti phishing yang ditargetkan. Mereka dijuluki sebagai Ransomware 3.0.
“Sementara banyak pemangku kepentingan dan para ahli terus melakukan brainstorming dalam membentuk perlawanan terhadap serangan siber, terutama pada ransomware, kami mengakui bahwa tidak ada solusi “peluru perak” di dunia teknologi yang berkembang pesat. Namun, kami sangat yakin bahwa berbagi intelijen antara lembaga publik dan swasta, pengembangan undang-undang terkait dan kolaborasi erat perihal keamanan siber dapat secara signifikan meningkatkan pertahanan siber suatu negara secara signifikan,” ujar Yeo Siang Tiong.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.