TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia secara resmi mengumumkan telah menandatangani kontrak pembelian jet tempur Mirage 2000-5 Qatar tahun ini. Setelah jet tempur Mirage-2000 disahkan, Indonesia akan menjadi negara Asia ketiga, di samping India dan Taiwan, yang mengoperasikan varian Mirage-2000. India dan Taiwan masing-masing memiliki armada sekitar 50 jet tempur Mirage-2000.
Dalam siaran pers resmi, TNI AU menegaskan telah menandatangani kontrak senilai US$ 795,14 juta (sekitar Rp 11 triliun) pada bulan Januari. Kontrak tersebut mencakup pembelian armada 12 jet tempur Dassault Mirage 2000 dari Angkatan Udara Qatar Emiri.
Negara Timur Tengah itu saat ini memiliki sembilan pesawat Mirage 2000-5EDA dengan konfigurasi kursi tunggal dan tiga pesawat Mirage 2000-5DDA dengan konfigurasi kursi ganda.
TNI Angkatan Udara mengatakan bahwa kontrak tersebut mencakup akuisisi 12 pesawat tempur Dassault Mirage 2000 dan termasuk komponen dan layanan tambahan.
Penambahan ini terdiri dari 14 mesin, paket layanan dukungan tiga tahun yang komprehensif, peralatan dukungan darat yang penting, ketentuan pelatihan awak, dan berbagai bentuk dukungan lainnya. Sesuai kesepakatan, pengiriman pesawat diharapkan selesai dalam waktu dua tahun sejak tanggal kontrak.
Indonesia berencana mengerahkan jet tempur Mirage 2000 di pangkalan udara Supadio di Pontianak, di pantai barat pulau Kalimantan. Pangkalan udara strategis ini merupakan home base Skuadron 1 TNI AU. Saat ini, Skuadron 1 mengoperasikan pesawat latih BAE Hawk 109 dan pesawat tempur ringan Hawk 209 dari pangkalan ini.
Pernyataan dari Angkatan Udara juga menyoroti bahwa akuisisi jet Qatar adalah solusi sementara sebagai tanggapan atas pensiunnya pencegat Northrop Grumman F-5E/F Tiger II dan Hawks yang sudah ketinggalan zaman.
Mirage 2000-5
Pada akhir 1990-an, Angkatan Udara Qatar Emiri memperoleh Mirage 2000-5, varian yang dirancang khusus untuk keunggulan udara dan diproduksi oleh Dassault Aviation. Mirage 2000-5 telah membuktikan kemampuannya dalam pertempuran dan diakui secara luas untuk kinerjanya.
Pesawat-pesawat ini, yang penggunaannya terbatas, disimpan dengan sebagian besar masa operasionalnya utuh pada pertengahan tahun 2000-an dan tersedia untuk dijual.
Meski ditawarkan ke Pakistan dan India, upaya untuk menjualnya terbukti tidak berhasil. Pada tahun 2022, Bulgaria juga menyatakan minatnya untuk mengakuisisi pesawat tersebut bersama Indonesia. Pada November 2022, Kementerian Keuangan RI menyetujui pengadaan 12 jet tempur bekas buatan Prancis.
Niat awal Indonesia adalah membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker dari Rusia. Namun, negara tersebut harus membatalkan rencananya untuk memperoleh pesawat tersebut karena sanksi berat yang dijatuhkan pada Moskow.
Sebagai alternatif, Indonesia mengalihkan fokusnya ke Prancis dan menandatangani kontrak pada awal 2022. Perjanjian tersebut mencakup pengadaan enam pesawat tempur Dassault Rafale pada awalnya, dengan harapan pada akhirnya menambah armada menjadi total 42 pesawat.
Pengiriman tiga Rafale pertama diperkirakan akan dilakukan pada tahun 2026. Jakarta juga mengoperasikan dua skuadron F-16 Fighting Falcons buatan Amerika dan satu skuadron pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 Flanker Rusia.
Pakar pertahanan percaya bahwa dengan memperkenalkan Mirage, pilot dan teknisi Indonesia akan memiliki kesempatan untuk mengenal pesawat Dassault, memfasilitasi transisi mereka dari pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 Rusia.
Meski begitu, Edwin Adrian Sumantha, juru bicara Kementerian Pertahanan, mengatakan pembelian ini sangat penting bagi Indonesia karena membutuhkan jet tempur yang dapat segera dikirimkan untuk mengatasi penurunan kesiapan tempur armada TNI AU yang ada.
EURASIAN TIMES
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.