TEMPO.CO, Jakarta - Yubita Hida Aprilia merupakan mahasiswa difabel yang berhasil diterima di Universitas Gadjah Mada atau UGM pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Lolos jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes atau SNBT 2023, Yubita mendapat pembebasan biaya kuliah uang kuliah tunggal atau UKT Rp 0 alias gratis.
Meski dengan kondisi kehilangan sebagian kaki kanannya, Yubita tetap gigih untuk bisa lanjut kuliah. Tujuh tahun lalu, Yubita mesti merelakan kaki kanannya diamputasi pada 15 September 2017. Kala itu, dia menderita tumor tulang yang telah menyebar dari telapak kaki hingga betis.
Satu-satunya cara agar tumor itu tak menjalar adalah dengan operasi amputasi. Perempuan dari Desa Termas, Kecamatan Karangrayung, Grobogan Purwodadi Jawa Tengah ini menjalani operasi di RS Orthopedi Solo. Cukup lama ia menderita tumor tulang semenjak menjelang kelulusan dari SD Negeri 2 Termas hingga kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangrayung. Selama itu pula ia harus beraktivitas dengan kruk (penyangga kaki).
“Sedih memang tapi bagaimana lagi. Orang tua dan dokter sepakat ini harus dilakukan agar tidak semakin menjalar,” kenang Yubita dilansir dari situs UGM pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Diterima kuliah di UGM menjadi penyemangat untuk dirinya di tengah berbagai situasi berat yang mesti dia hadapi. Banyak perubahan setelah Yubita kehilangan satu kaki. Ia pun terpaksa membatasi kegiatan ketika di bangku sekolah. Bahkan, dia harus mengubah mimpinya menjadi dokter.
Kehilangan Ayah dan Kubur Mimpi Jadi Dokter
Semula, Yubita ingin menjadi dokter. Namun, dia takut tidak bisa mengikuti perkuliahan karena banyaknya praktik lapangan. Apalagi, ketika baru lulus SMA, dia mesti kehilangan sang ayah, Tarli. Ayahnya meninggal karena sakit paru-paru. Yubita sempat mengurungkan niatnya untuk kuliah.
“Ayah meninggal hampir bersamaan saat kelulusan SMA. Makanya saat lulus dari SMA Negeri 1 Karangrayung sempat gap year,” aku Yubita.
Ibunya tak sanggup untuk menanggung beban kuliah. Belum lagi, Yubita memiliki adik yang masih duduk di bangku SD. Sedangkan kakaknya yang sudah berkeluarga juga belum bisa membantu karena belum mapan.