TEMPO.CO, Jakarta - Musim kemarau sering kali dianggap sebagai waktu ketika nyamuk cenderung berkurang karena minimnya genangan air yang dapat menjadi tempat berkembang biak bagi mereka. Banyak orang berpikir bahwa musim hujan akan menghasilkan lebih banyak nyamuk. Namun, faktanya saat musim kemarau, nyamuk lebih agresif dan haus darah.
Kenapa Nyamuk Lebih Banyak Muncul Saat Musim Kemarau?
Musim kemarau dapat memiliki dampak yang kompleks terhadap populasi nyamuk dan aktivitas mereka. Dilansir dari yaleclimateconnections.org, Joshua Benoit dari University of Cincinnati menjelaskan bahwa cuaca kering dapat menyebabkan nyamuk mengalami dehidrasi, yang pada gilirannya membuat mereka lebih sering mencari makan darah.
Ketika nyamuk mengalami dehidrasi, mereka cenderung lebih sering menggigit manusia untuk memenuhi rasa haus mereka. Efek dehidrasi ini dapat terjadi dengan cepat, bahkan dalam waktu lima hingga enam jam.
"Ketika mereka mengalami dehidrasi, mereka sebenarnya lebih sering menghisap darah. Efek dehidrasi ini bisa terjadi dengan sangat cepat, terkadang dalam jangka waktu lima hingga enam jam,” kata Benoit seperti dilansir dari Yale Climate Connections.
Di sisi lain, berdasarkan artikel ilmiah dari jurnal Trends in Parasitology yang berjudul “Spotlight Dried out but alive: how mosquitoes survive 8 months”, nyamuk lebih banyak muncul saat musim kemarau karena beberapa alasan.
Salah satunya adalah karena saat musim kemarau, air menjadi lebih sedikit dan terbatas, sehingga nyamuk mencari tempat yang tersedia untuk berkembang biak.
Selain itu, nyamuk juga dapat bertahan hidup lebih lama selama musim kemarau karena suhu yang lebih hangat dan kondisi lingkungan yang lebih kering.
Risiko Penularan Penyakit oleh Nyamuk
Saat iklim menghangat dan pola curah hujan berubah, risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dapat meningkat. Salah satu virus yang banyak menyerang ketika kemarau ialah Virus West Nile. Oleh karena itu, penting untuk tetap melindungi diri dari gigitan nyamuk, bahkan saat cuaca sedang kering.
Walaupun musim kemarau terasa kurang ramah bagi nyamuk karena kurangnya genangan air, nyatanya perubahan perilaku nyamuk dan dampak iklim terhadap ekosistemnya dapat menyebabkan populasi nyamuk tetap aktif dan lebih mengganggu selama musim ini.
Agresifnya nyamuk saat menghisap darah dan upaya nyamuk mencari air untuk bertahan hidup merupakan dua faktor penting yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, meskipun musim kemarau, kita tidak boleh lengah dalam menjaga diri dari gigitan nyamuk dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Pilihan Editor: Mengenal Robot Pengusir Nyamuk Buatan Mahasiswa UGM