TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak empat siswi SMKN 4 Kota Jambi mendapat kehormatan untuk mengikuti upacara HUT RI ke-78 di Istana Negara. Mereka merupakan siswi-siswi yang telah membuat baju untuk Presiden Joko Widodo dan Ibu negara Iriana Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Keempat siswi tersebut adalah Zaqia Cahyacamila (Qia), Sunia Ariska (Nia), Zea Abadiah (Zea), dan Ayu Wulandari (Ayu). Mereka adalah pelajar kelas 12 jurusan Tata Busana.
Para pelajar tersebut masing-masing membuat satu baju untuk presiden dan ibu negara. Keempat baju yang mereka buat yakni, baju batik khas Jambi untuk presiden dan outer untuk Ibu Iriana. Mereka juga membuat dua kemeja putih lengan panjang untuk presiden.
Kemeja putih inilah yang kemudian dikenakan presiden saat berkunjung ke SMKN 2 Bengkulu Tengah beberapa waktu lalu.
Dilansir dari situs Direktorat Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, salah satu dari empat pelajar beruntung ini, Ayu Wulandari, mengaku tidak menyangka bisa menjadi bagian dari para tamu undangan di upacara HUT RI di Istana Negara ini.
“Jangankan upacara di Istana. Membayangkan pergi ke Jakarta saja saya tidak pernah,” kata Ayu yang mengaku baru pertama kali pergi jauh keluar Kota Jambi dan naik pesawat.
Seperti halnya Ayu, siswi lainnya juga mengakui hal yang sama. Mereka tidak menyangka jika baju-baju yang mereka jahit akan membawa mereka terbang dan menjadi tamu undangan Istana Negara.
“Tetangga kami di rumah sampai mengira kami bohong kalau kami diundang presiden untuk upacara bendera. Mereka baru benar-benar percaya saat kami berangkat ke Jakarta,” ujar siswi lainnya, Sunia Ariska.
Sempat Putus Asa hingga Akhirnya Baju Dipakai Presiden
Sebelum mendapat undangan untuk mengikuti upacara bendera di Istana Negara, para siswi ini sebenarnya sudah kehilangan harapan. Musababnya, baju-baju yang mereka buat tidak kunjung terdengar kabarnya setelah dijemput langsung ke sekolah oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
“Lama kami menunggu kabar apakah Bapak Presiden suka atau tidak dengan baju yang kami buat. Kami sampai kaya hopeless. Ingin rasanya melihat baju kami dipakai sama presiden lewat foto saja tidak masalah,” ujar Qia yang bertugas menjahit baju batik untuk Ibu Negara.
Di tengah harap-harap cemas tersebut, kabar baik itu akhirnya datang. Berita bahwa presiden Joko Widodo mengenakan kemeja putih saat kunjungan kerja di Bengkulu membuat mereka lega sekaligus bangga.
“Tapi kami sempat takut juga kalau berita itu (Presiden kenakan baju SMKN 4 Kota Jambi) itu hoax. Bu Asmi (kepala sekolah) sampai nangis pas baca berita itu,” ujar Zea Abadiah yang memang bertugas membuat kemeja putih yang dikenakan oleh Presiden saat di SMKN 2 Bengkulu Tengah.
Di tengah euforia kebahagian, kabar gembira kembali datang. Mereka diundang ke Istana Negara untuk menghadiri upacara kemerdekaan. Saking senangnya, Qia bahkan sampai sulit tidur.
“Benar-benar kabar yang paling indah yang pernah kami dengar. Sebuah pencapaian luar biasa bagi kami sejauh ini. Kami sangat beruntung dan bangga jadi siswi SMK,” ujar Qia.
Proses pembuatan baju sendiri diakui Qia dan teman-temanya cukup dramatis. Setiap detail dalam pengerjaan baju benar-benar penuh doa dan harapan.
“Setiap kali kami mulai mengerjakan, apakah buat pola atau menjahitnya, kami selalu membayangkan baju ini dipakai dan disukai oleh presiden. Kami tidak berhenti doa,” kata Qia.
Sebenarnya, lanjut Qia, untuk kompetensi menjahit sendiri ia dan rekannya cukup percaya diri. Terlebih mereka sudah dibekali keterampilan menjahit sejak kelas 10. Mereka juga sudah magang di industri sehingga cukup percaya diri saat membuat baju tersebut.
“Kalau untuk kompetensi kami percaya diri. Tapi sekali lagi karena ini yang akan memakai bajunya adalah presiden, jadi ya sempat grogi dan agak takut-takut,” tambah Qia yang mengaku secara keseluruhan pembuatan baju ini hanya memakan waktu delapan hari saja.
Setelah berhasil menjahit baju dan diundang ke Istana, para siswi ini mengaku ingin bisa beraudiensi langsung dengan presiden. Mereka berharap bisa mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, sekaligus sambil membuka usaha.
Para siswi ini mengaku sudah dibekali dengan kompetensi keahlian yang bisa menjadi modal untuk membuka usaha sesuai passion yang mereka tekuni selama ini. Terlebih, keempat siswi ini juga rata-rata sudah mulai membuka usaha jahit kecil-kecilan di rumah masing-masing.
Akan tetapi, sebagai anak bangsa yang ingin maju, keempatnya masih tetap ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Mereka ingin tidak hanya sekedar menjadi penjahit biasa saja, akan tetapi bisa mencapai karier terbaik di industri fesyen ini. “Saya ingin seperti Kak Ivan Gunawan,” kata Qia.
Bagi Qia dan rekan-rekannya salah satu keuntungan sekolah di SMK adalah keleluasaan untuk bisa bekerja, berwirausaha, atau pun melanjutkan setelah selesai sekolah. “Pokoknya kami bangga jadi anak SMK,” ujar Qia diamini oleh rekan-rekannya.
Pilihan Editor: Cerita Dekan FK Unpad Soal Praktik Perundungan Pendidikan Dokter Spesialis