TEMPO.CO, Malang - Lebih dari 400 hektare hutan dan lahan dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) diperkirakan terbakar sejak Kamis siang, 17 Agustus 2023. Hingga sekarang upaya pemadaman terus dilakukan.
Berdasarkan informasi yang diterima Tempo, titik kebakaran berada di area hutan dan lahan di atas Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian 2.390 meter di atas permukaan laut (mdpl) merupakan danau terbesar dan terindah dalam kawasan TNBTS yang areanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan pendaki. Ranu Kumbolo jadi pos keempat dari sepuluh pos pendakian Gunung Semeru.
Suasana di Oro-oro Ombo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada Sabtu, 26 September 2020. (TEMPO/Abdi Purmono)
Di atas Ranu Kumbolo ada Blok Oro-oro Ombo (pos kelima) yang berada di ketinggian 2.460 mdlp. Oro-oro Ombo sejatinya area sabana yang nyaris dipenuhi Verbena brasiliensis, tumbuhan perdu berbunga cantik yang sering disangka lavender. Verbena brasiliensis bukan tanaman asli kawasan TNBTS dan bersifat invansif.
Oro-oro Ombo juga jadi area berburu bagi satwa karnivora seperti kucing hutan dan macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Setelah Oro-oro Ombo, ada Cemoro Kandang di ketinggian 2.500 mdpl (pos keenam). Cemoro Kandang bervegetasi cemara gunung (Casuarina junghuniana), jenis cemara asli atau native kawasan TNBTS. Setelah Cemoro Kandang berjumpa Jambangan (pos ketujuh) yang berada di ketinggian 2.700 mdpl. Lokasi Cemoro Kandang didominasi pohon mentigi (Vacinium varingaefolium) dan padang rumput. Cemoro Kandang berjarak sekitar 13 kilometer dari Ranupani (pos pertama) yang merupakan pos pendaftaran maupun perizinan pendakian.
Merujuk data yang tersaji di aplikasi SiPongi, hutan dan lahan yang terbakar sepanjang 17-18 Agustus 2023 seluas lebih dari 419 hektare, dengan titik kebakaran berjumlah antara 50 sampai 60 titik per 18 Agustus kemarin.
SiPongi adalah sistem informasi deteksi dini pengendalian kebakaran hutan dan lahan berbasis aplikasi dan laman sipongi.menlhk.go.id yang dikembangkan Direktorat PKHL (Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) Direktorat Jenderal PPI (Pengendalian Perubahan Iklim) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak Agustus 2020.
Hingga sekarang upaya pemadaman terus dilakukan agar api tidak makin merembet ke atas, yaitu mencapai area hutan dan padang rumput di Pos Kalimati (2.800 mdpl) dan Arcopodo (2.900 mdpl) yang biasanya dijadikan tempat peristirahatan terakhir sebelum menuju Mahameru (puncak Gunung Semeru). Vegetasi hutan Arcopodo didominasi cemara gunung.
Pemadaman dilakukan secara manual seperti memukul-mukul kobaran api dan membuat sekat. Petugas kesulitan mendapatkan air karena lokasi kebakaran jauh dari sumber air kecuali yang harus turun ke Ranu Kumbolo atau Sumber Mani dekat Pos Kalimati.
Potensi kebakaran meluas hingga ke Kalimati maupun Arcopodo cukup besar mengingat kebakaran sebelumnya pernah mencapai Kalimati. Apalagi banyak tumbuhan bawah yang sudah mengering akibat kebakaran tahun 2019, serta area hutan dan lahan di atas Oro-oro Ombo sudah kerontang pula akibat kebakaran maupun kemarau.
Potensi lainnya merujuk pada aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang berstatus Level II (Waspada). Dalam beberapa hari terakhir, gunung api tertinggi di Pulau Jawa sering meletup cukup besar sehingga dikhawatirkan lontaran material vulkaniknya menjangkau Jambangan dan memicu kebakaran hingga merembet ke area hutan dan lahan di bawah dan sekitarnya.
“Stok bahan bakarnya sangat banyak Mas untuk melihat potensi meluasnya kebakaran, baik karena adanya tumbuhan-tumbuhan yang kering di hutan dan lahan bekas kebakaran sebelumnya, maupun karena kemarau, juga potensinya karena kondisi Gunung Semeru sendiri,” kata sumber Tempo.
Selain petugas TNBTS, petugas pemadam terdiri masyarakat Mitra Polhut Ranupani, Babinsa Ranupani, relawan Gimbal Alas Indonesia dan Sahabat Volunteer Semeru (Saver).
Kepala Balai Besar TNBTS Hendro Widjanarko belum bisa menjawab pertanyaan Tempo tentang upaya pemadaman dan penyebab kebakaran. Hendro sedang berada di Pos Ranupani untuk menghadiri salah satu dari rangkaian kegiatan festival budaya Tengger yang digelar di Ranupani (9-19 Agustus 2023), sekaligus berkoordinasi dengan anak buahnya untuk mengatasi kebakaran.
“Sebentar ya Mas, saya briefing dulu,” tulis Hendro melalui akun WhatsApp.
Namun, kata Hendro, festival budaya Tengger tetap dilanjutkan. Sedangkan rencana pembukaan kembali jalur pendakian ke Gunung Semeru mulai September diurungkan sampai seluruh (200 orang) pemandu gunung selesai dilatih. Pendakian Gunung Semeru ditutup sejak terjadi erupsi 4 Desember 2021 dan disusul erupsi 4 Desember 2022.
Tempo mencatat, kawasan hutan dan lahan TNBTS sering terbakar di tiap bulan September dalam empat tahun terakhir. Kebakaran cukup besar terjadi pada 17-19 September 2019. Sekitar 250 pendaki langsung dievakuasi.
Pada Minggu, 29 September 2019, Kepala Balai Besar TNBTS saat itu, John Kenedie, merilis data hutan dan lahan yang terbakar seluas 93,3 hektare. Luasan kebakaran mencakup lokasi Gunung Kepolo, Arcopodo, Oro-Oro Ombo, Ranu Kumbolo, Pangonan Cilik, Kelik, Watu Pecah, Watu Rejeng, Ayek-Ayek, Pusung Gendero, dan Watu Tulis.
Lalu, karhutla terjadi lagi di kawasan TNBTS pada 18-20 September 2020. Kebakaran masuk dalam wilayah Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Namun, lokasi kebakaran jauh dari permukiman warga sehingga tidak berdampak langsung pada warga. Api menghanguskan sekitar 10 hektare hutan dan lahan. Petugas kepolisian menangkap seorang pria ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang diduga menyalakan api untuk menghangatkan badan.
Dua kebakaran itu berada di jalur pendakian, mencakup sabana atau padang rumput. Kebakaran kali ini pun sebenarnya didahului kebakaran kecil dekat area pengumpulan sampah dalam wilayah Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, semingguan lalu.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.