TEMPO.CO, Jakarta - Insiden yang amat merugikan lingkungan hidup Bukit Teletubbies kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur terjadi diduga disebabkan oleh aktivitas pemotretan prewedding yang menggunakan flare. Lalu, sebenarnya apa itu flare?
Flare berasal dari bahasa Inggris yang artinya suar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suar diartikan sebagai nyala api (suluh, pelita) untuk tanda (isyarat). Dikutip dari boatiesbestmate.nz, flare merupakan alat yang efektif untuk menandakan adanya bahaya dan menunjukkan posisi Anda, flare sangat terlihat di air dan udara.
Membedah Flare
Flare dapat menghasilkan cahaya terang dengan panas cukup tinggi yang dihasilkan dari bahan campuran logam seperti magnesium yang mudah terbakar. Biasanya, flare digunakan dalam berbagai konteks seperti keamanan, militer, industri, dan juga sering kali untuk hiburan.
Flare digunakan sebagai alat pemberi sinyal darurat dalam aspek keselamatan dan survival. Flare juga sering digunakan untuk pemeriah suasana saat acara, seperti saat momen selebrasi suporter di tribun stadion hingga foto-foto. Dalam dunia fotografi yang erat kaitannya dengan pencahayaan, flare mungkin dapat dijadikan sebagai alat untuk memberikan efek dramatis pada hasil pemotretan.
Kendati demikian, penggunaan flare dalam kondisi apapun tetap harus berhati-hati dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Jika salah digunakan, flare justru dapat menyebabkan kejadian tak diinginkan, salah satu contohnya seperti kebakaran di Gunung Bromo tempo hari.
Beberapa hari lalu sebelum kejadian, ada pasangan yang melakukan pemotretan prewedding menggunakan flare di area savana Bukit Teletubbies. Percikan api dari flare mengenai rerumputan kering di musim kemarau sehingga menyebabkan kebakaran dengan api yang terus merambat dan meluas.
Pilihan editor: 8 Fakta Gunung Bromo yang Kebakaran usai Prewedding di Bukit Teletubbies