TEMPO.CO, Jakarta - Beredar pesan di grup Whatsapp adanya kabar dari sebuah bank yang menyebut sistem informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpotensi terkena serangan siber. Pihak bank berusaha untuk mencegah penyebarannya, sebagian besar perbankan dan juga jasa keuangan memblokir komunikasi dengan mereka.
Menurut pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, adanya kejadian yang menimpa OJK kemungkinan besar adalah ransomware dan sudah 3 hari,” kata Alfons lewat pesan singkat, Selasa, 3 Oktober 2023. Secara spesifik ia menyebut situs konsumen OJK tidak bisa diakses dan disinyalir terkena ransomware.
Alfons menyayangkan kejadian ini karena OJK merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan sentral dalam bidang finansial di Indonesia. “Bisa dikatakan sebagai Godfather dari industri keuangan Indonesia,” katanya. Kejadian OJK sampai terkena Ransomware mungkin bisa menjadi alert bagi industri keuangan bahwa ancaman siber ini bukan main-main. Selain itu, serangan terhadap industri keuangan digital akan berdampak sangat serius.
Ia berharap OJK harus menyadari kalau digitalisasi juga harus diimbangi dengan penguatan sumberdaya khususnya di bidang keamanan siber. Diduga karena bidang ini terlihat kurang sexy dibandingkan bidang lain. Akibatnya, adanya serangan pada keamanan siber akan mampu melumpuhkan urat nadi kegiatan digital dan mengakibatkan disrupsi layanan digital yang akan mengakibatkan kerugian finansial yg sangat besar. “Apalagi di skala nasional OJK adalah penjaga utamanya,” jelasnya.
Alfons memberi contoh adanya layanan dan kerugian besar atas serangan keamanan siber di tingkat global. Menurutnya, serangan baru-baru ini terhadap dua instansi besar Caesar dan MGM di Las Vegas yang melumpuhkan operasional dan mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi yang sangat besar.
Ia meminta pemerinta berkaca pada kejadian tersebut dan juga kejadian peretasan di BSI di tahun 2023 beberapa bulan lalu. “Harusnya menjadi cambuk bagi industri finansial di Indonesia untuk bangun dan peduli terhadap pengamanan digital,” katanya. Alfons mempertanyakan mengapa hal ini terus berulang.
Baca juga: Mahasiswi Baru Tewas Terjatuh dari Lantai 4, UMY: Sempat Ikuti Pendampingan Psikolog
OJK berikan pengumuman
Gangguan layanan sistem informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terdeteksi mulai kemarin. Melalui postingan Instagram resmi OJK, tertulis "Pengumuman Gangguan Layanan Sistem Informasi".
Sementara di media sosial beredar informasi bahwa situs OJK saat ini sedang mendapat serangan Ransomware. Publik diminta untuk tidak membuka email dari OJK dan mengakses situsnya.
Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menyatakan, kalau OJK sampai terkena Ransomware mungkin bisa menjadi alert bagi industri keuangan. "Ancaman siber ini bukan main-main,” ujar Alfons kepada Tempo, Senin, 2 Oktober 2023.
Menurutnya, serangan terhadap industri keuangan digital akan berdampak sangat serius. Terlebih lagi, kata Alfons, OJK merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan sentral dalam bidang finansial di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai ‘Godfather’ dari industri keuangan Indonesia.
Alfons mengatakan OJK harus menyadari kalau digitalisasi juga harus diimbangi dengan penguatan sumber daya, khususnya di bidang keamanan siber atau cyber security. “Walaupun terlihat kurang sexy dibandingkan bidang lain, serangan keamanan siber akan mampu melumpuhkan urat nadi kegiatan digital dan mengakibatkan disrupsi layanan digital yang akan mengakibatkan kerugian finansial yang sangat besar,” ujar Alfons.
Lebih lanjut, Alfons menjelaskan terkait bukti disrupsi layanan dan kerugian besar atas serangan cyber security. Serangan tersebut baru-baru ini terjadi pada dua instansi besar, yakni Caesar dan MGM di Las Vegas, Amerika Serikat yang melumpuhkan operasional dan mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi yang sangat besar.
“Harusnya kejadian peretasan di BSI (PT Bank Syariah Indonesia Tbk.) bisa menjadi cambuk bagi industri finansial di Indonesia untuk bangun dan peduli terhadap pengamanan digital,” kata Alfons. Kejadian ini, menurutnya, masih menjadi pertanyaan besar mengapa bisa terjadi berulang.
Pada Mei lalu, terdapat gangguan pada sistem perbankan di PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI. Gangguan itu disebabkan oleh Ransomware, yaitu jenis virus Malware yang menyerang perangkat dengan sistem enkripsi file.
Tercatat, 15 juta informasi nasabah dicuri oleh Lockbit, kelompok penjahat siber atau hacker, berupa nomor telepon, alamat, nama, informasi dokumen, jumlah rekening, nomor kartu, dan transaksi. Kelompok hacker itu juga mengaku telah mencuri data-data internal itu sejak 8 Mei 2023.
Pilihan Editor: Apple App Store di Cina Dipaksa Hapus Instagram, Facebook, Twitter dan Lainnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.