TEMPO.CO, Jakarta - Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada atau UGM menciptakan jaket dengan fungsi yang tak seperti biasanya. Sebuah jaket bernama J-Force dikembangkan dengan manfaat melindungi pengguna ketika terjadi kecelakaan.
Kelima sosok di balik terciptanya J-Force adalah Genesis Junior Sumlang, Bima Aditya Putra, Hubertus Rangga Rediatama, Theophylus Yestra Pratama dan Salsabila Shafa Qorisu. Tim ini terdiri atas mahasiswa lintas jurusan di UGM.
Bima Aditya mengatakan pengembangan J-Force berawal dari keprihatinan terhadap tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Jika melihat data Korps Lalu Lintas Polri yang dipublikasikan Kementerian Perhubungan, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada 2021 mencapai 103.645 kasus. Dari jumlah ini, sebanyak 25.266 kasus berujung pada korban jiwa. Sementara itu, 10.553 korban luka berat dan 117.913 korban luka ringan.
“Sementara berdasarkan jenis kendaraan, kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi adalah sepeda motor,” kata Bima dikutip dari laman resmi UGM pada Senin, 9 Oktober 2023.
Kondisi inilah yang akhirnya menggerakkan hati mereka untuk mengembangkan produk sebagai upaya perlindungan pengendara motor saat terjadi kecelakaan. "Kami berusaha meningkatkan fungsional jaket untuk pengendara roda dua menjadi jaket yang memiliki perlindungan lebih maksimal, terutama jika terjadi kecelakaan," kata Bima.
Produk J-Forces memiliki perlindungan lebih ekstra berupa Air Cushion Restraint Safety yang melindungi tubuh pengguna jaket. Fitur ini dibuat tanpa mengurangi estetika dalam penggunaan jaket.
Theophylus Yestra mengatakan kantong udara ini dapat diisi dan dikosongkan dengan pompa secara manual. Mahasiswa Teknologi Rekayasa Instrumentasi ini menyebut bentuk J-Force seperti tas vakum yang bisa diisi udara. Udara di dalamnya tak akan keluar jika penutup saluran udara tak dibuka. Kantong udara pun dibuat menggunakan bahan yang tak mudah bocor, kuat akan benturan serta memberikan rasa nyaman bagi penggunanya.
Rangga juga mengatakan bahwa J-Force memiliki tiga lapisan bahan, agar lebih kuat melindungi apabila terjadi kecelakaan. Lapisan terluar bersifat anti pada gesekan. Lapisan kedua dengan kantong udara sebagai balon pelindung pengendara. Sedang lapisan terakhir terbuat dari bahan bersifat empuk, halus dan kuat. Lapisan ketiga inilah yang bersentuhan langsung dengan tubuh pengguna, sehingga memberikan kesan nyaman ketika digunakan.
Tim yang dibimbing oleh Elton Buyung Satrianto ini membuat J-Force dengan nuansa hitam. Alasan pemilihan warna hitam adalah karena warna hitam akan kontras dengan lingkungan sekitar ketika dipakai di waktu terang. Dengan demikian, dapat mengurangi angka kecelakaan pengguna jalan.
Perihal ukuran, Bima mengayakan bahwa jaket hadir dalam berbagai ukuran yang dapat disederhanakan jika sedang tak digunakan. “Jaket bisa dipakai oleh pengguna dengan berat badan maksimal 75 kilogram dan kecepatan berkendara maksimal 80 kilometer per jam,” kata Bima.
Pengembangan jaket J-Force mendapatkan pendanaan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Saat ini, sehelai J-Force telah dipasarkan dengan harga Rp 260 ribu. Informasi dan pemesanan dapat dilakukan melalui Instagram @pkmugm_jforces.
Pilihan Editor: Tiktok Shop Dilarang, Pakar di UGM: Bisa Proteksi UMKM dari Serbuan Barang Impor