Saat proses amputasi dan penyembuhan pada 2008, Dhani harus melewatkan Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia kemudian memutuskan untuk mengulang kelas 9 SMP agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Hari-hari dengan hidup barunya terus berjalan dengan luar biasa. Prestasi akademiknya muncul saat nilainya di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi yang tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil.
Diterima di Unpad dan Jadi Dokter Gigi
Banyak kampus yang mensyaratkan mahasiswanya tidak boleh tuna daksa. Sampai akhirnya ia berjodoh dengan Universitas Padjajaran atau Unpad yang tak mempermasalahkan tuna daksa untuk mengenyam pendidikan dokter gigi.
Namun sebelum perkuliahan dimulai, Dhani sempat dipanggil oleh dekan. Ia diberi tahu bahwa menyelesaikan studi kedokteran dengan status tunadaksa bukanlah hal yang mudah. Kakak tingkatnya yang tuna daksa menggunakan kursi roda ada yang menyerah. Hal itu justru menambah lecutan pada diri Dhani.
Dhani yang berjalan dengan tongkat ini berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018. Ia kemudian bekerja di klinik dokter gigi dan di Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara. Di saat itulah Dhani juga mulai menggunakan kaki palsu atau prostesis untuk lebih mempermudah aktivitasnya.
Lewat LPDP Kembali ke Jerman
Pernah hidup selama tujuh tahun di Jerman saat masa kecil, Dhani ingin kembali ke sana. Keinginannya untuk ke Jerman terbuka manakala beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan memfasilitasi penyandang disabilitas. Dhani menyasar Humboldt Universitaet di Berlin, Jerman dan mengambil International Health.
"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu", ungkap Dhani. Lewat jalur afirmasi beasiswa LPDP jalan Dhani terbuka meraih impiannya kembali ke Jerman. "Proses sangat dimudahkan oleh LPDP dari segi aksesibilitas fisik", tambahnya.
Singkatnya, Dhani mendapat beasiswa LPDP dan mulai berkuliah di Jerman pada 2020 dan berhasil meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun setelahnya. Pulang ke Indonesia, jalan karier Dhani ternyata mengikuti ayahnya, yaitu sebagai abdi negara. Dhani hingga saat ini tercatat bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan.
“Saya berpesan bahwa di dunia ini banyak sekali kesempatan kita untuk berprestasi, melakukan ibadah, beramal berkreasi, berprestasi membanggakan orang tua membanggakan keluarga membanggakan negara,” tutur penerima beasiswa LPDP angkatan PK-147 ini.
Pilihan Editor: Kisah Yubita Perempuan Difabel, Kubur Mimpi Jadi Dokter hingga Diterima di UGM