TEMPO.CO, Jakarta - Namanya mungkin belum setenar pahlawan perempuan lain. Namun jasa Rahmah El Yunussiyah begitu besar bagi negara, utamanya dunia pendidikan.
Rahmah EL Yunusiyyah adalah sosok perempuan dari Tanah Minangkabau yang lahir pada 26 Oktober 1900 di Nagari (desa) Bukit Surungan, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia lahir saat masa pemerintahan Hindia Belanda.
Kontribusi besar Rahmah adalah pendirian sekolah agama Islam perempuan pertama di Indonesia, bahkan di kawasan Asia. Sekolah itu dinamai Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Dari sekolah yang didirikan pada 1 November 1923 itu lahir tokoh-tokoh besar bangsa yang juga tercatat sebagai pahlawan nasional. Salah satunya adalah H.R Rasuna Said. Ia adalah tokoh perempuan yang gigih memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.
Rasuna Said yang juga tokoh perempuan asal Tanah Minangkabau tersebut merupakan santri atau lulusan yang menimba ilmu di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Tak hanya di dalam negeri, Menteri Kebajikan Masyarakat Malaysia Tan Sri Aishah Gani juga merupakan alumnus sekolah agama itu.
Nama besar lain yang merupakan alumni sekolah itu adalah anggota DPD RI Emma Yohanna dan pendiri PT Paragon Technology and Innovation yang bergerak di bidang kosmetik Nurhayati Subakat.
Rahmah tidak hanya fokus pada masalah pendidikan dan kesetaraan. Ia juga ikut berjuang langsung mengusir penjajah dari Indonesia.
Anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus Al-Khalidiyah Bin Imanuddin dan Rafia itu juga turut serta memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Kota Padang Panjang. Ia berkontribusi menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata.
Rahmah El Yunussiyah yang mendapatkan gelar kehormatan Syekhah dari Universitas Al-Azhar tersebut juga peduli dengan masalah kesehatan masyarakat. Sebab, semasa hidup, Rahmah juga berkiprah sebagai bidan atau ahli kesehatan.
"Rahmah El Yunusiyyah ini kami harapkan menjadi contoh bagi perempuan masa kini yang lebih kuat, mandiri dan lebih siap menghadapi tantangan," kata Pimpinan Diniyyah Puteri Padang Panjang Fauziah Fauzan El Muhammady.
Dengan jasa-jasanya itu, menurut Fauziah, Rahmah layak untuk ditetapkan jadi pahlawan nasional. Berkas pengusulan telah diajukan sejak tiga tahun terakhir.
Dari tiga kali pengajuan, pemerintah baru menganugerahi Rahmah dengan Bintang Mahaputera Pratama dan Bintang Mahaputera Adipradana. Kemudian, di 2023 pengusulan itu kembali dilakukan namun belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
"Harapan kita tahun depan (2024) Rahmah EL Yunusiyyah sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional," kata Fauziah.
Menurut Fauziah, pengajuan Rahmah EL Yunusiyyah sebagai pahlawan nasional bukan hanya sebatas untuk mencatatkan namanya di lembaran sejarah bangsa ini. Namun, lebih dari itu, Diniyyah Puteri Padang Panjang ingin mengedukasi anak bangsa bahwa dahulunya ada sosok perempuan tangguh yang lahir dari keluarga kalangan agamis merintis tonggak pendidikan di Indonesia, terutama di Tanah Minang.
Rahmah yang tegas
Emma Yohanna, anggota DPD asal Sumbar adalah salah satu alumni sekolah agama yang didirikan Rahmah. Ia mengaku sangat beruntung bisa menyaksikan langsung bagaimana pendiri Diniyyah Puteri tersebut mendidik, mengajari, mengayomi setiap santri untuk menjadi manusia yang berakhlak dan berbudi pekerti.
Saat awal masuk ke pondok pesantren khusus putri tersebut, Emma tidak manampik ia sempat menolak dan diselimuti rasa keterpaksaan untuk menuntut ilmu di sekolah itu. Apalagi, hampir 24 jam dalam sehari setiap santri ditempa langsung oleh Rahmah dengan pendidikan yang begitu ketat dan tegas.
Berjalannya waktu, Emma mulai merasakan bahwa pendidikan di sekolah itu telah mengajarkan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia dapatkan. "Saya merasakan langsung bagaimana pendiri Diniyyah Puteri mendampingi, mendidik dan memberikan kami pelajaran yang sangat bermanfaat," kata dia.
Pilihan Editor: Ratu Kalinyamat Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional, Siswa SMP di Jepara Gelar Doa Bersama