TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta atau UNY mengubah biji kurma menjadi bahan dasar untuk mengindentifikasi forensik sidik jari. Empat mahasiswa yang tergabung dalam satu tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta mengembangkan studi ini di bawah bimbingan dosen Wipsar Sunu Brams Dwandaru.
Mereka adalah Ni Kadek Nabila Sesilia, Chairul Amri, Fadhilah Fitria Setyawati dari jurusan Fisika dan Saadah Vidaroini dari Pendidikan Fisika.
Tim ini memberi judul penelitian mereka 'Identifikasi Forensik Sidik Jari Berdasarkan Variasi Jenis Cetakan Berbasis Fluoresens Carbon Nanodots Berbahan Dasar Biji Kurma Berbantuan Software Tracker.' Biasanya, biji kurma jarang dimanfaatkan kembali dan hanya dibuang begitu saja setelah diambil daging buahnya.
Selama ini, kata Fadhilah, metode identifikasi forensik yang populer digunakan menurut literatur pakar Soesilopranoto dkk adalah metode sidik jari. Hal ini karena sidik jari memiliki tingkat akurasi paling tinggi dibandingkan metode lainnya. Identifikasi sidik jari dilakukan dengan mengamati garis pada guratan jari tangan dan telapak kaki.
Biasanya, sidik jari laten ditemukan di tempat kejadian perkara pada sembarang permukaan dalam kasus kriminal. Sidik jari laten maksudnya sidik jari yang tak terlihat dengan mata telanjang. Identifikasi sidik jari laten merupakan salah satu teknik penting dalam identifikasi forensik dan investigasi kriminal.
Akan tetapi, meskipun sidik jari laten memiliki nilai bukti yang signifikan, namun sidik jari bisa hilang atau rusak jika pengambilan tidak hati-hati. Oleh karena itu, Fadhilah mengatakan diperlukan bahan alternatif yang dapat mempertahankan pola bekas sidik jari, seperti nanomaterial carbon nanodots. Carbon Dots atau C-dots merupakan nanopartikel karbon kecil yang memiliki struktur poin kuantum dan ukuran nanometer. Nanometer sama dengan 0,000000001 meter.
C-dots dapat terdiri dari berbagai bentuk struktur karbon. Limbah biji kurma dapat disintesis menjadi C-dots dan dimanfaatkan untuk deteksi sidik jari laten dalam investigasi kriminal dan toksikologi forensik.
“Untuk penelitian pada sistesis C-dots, biji kurma dicuci bersih, dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya. Kemudian, biji kurma dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 200 derajat Celcius selama 3 jam. Selanjutnya, biji kurma dijadikan serbuk halus dan diproses lebih lanjut," kata Fadhilah pada Kamis, 16 November 2023 dari rilis UNY.
Langkah berikutnya adalah karakterisasi C-dots melalui sejumlah pengujian. Karakterisasi sidik jari laten dilakukan menggunakan C-dots sebagai identifikasi forensik. Adapun uji yang dilakukan adalah uji visualisasi mikroskop dan uji Robustness Sidik Jari. Selanjutnya, tahap analisis karakteristik C-dots.
Fadhilah mengatakan kesimpulan hasil riset mereka yakni sampel C-dots berhasil apabila memiliki kandungan material dengan puncak absorbansi 260-360 nanometer dari radiasi sinar yang diserap. Selain itu, sampel C-dots berhasil jika berstruktur kristal amorf dan memiliki rentang panjang gelombang 400-600 nanometer. Kemudian jika disinari menggunakan laser ultraviolet, maka akan menghasilkan pendaran berwarna hijau.
"Dan memiliki gugus fungsi C - H, C = C, serta C - O, dan berbentuk bulatan berukuran 100-200 nanometer. Sidik jari laten menggunakan C-dots sebagai identifikasi forensik berhasil, apabila terbentuk struktur pola sidik jari dan memiliki ketahanan pola sidik jari laten. Walaupun didiamkan dalam jangka waktu selama 1 bulan, ” kata Fadhilah.
Pilihan Editor: Dugaan Kekerasan Seksual di UNY Hoaks, Ini Respons Kampus