TEMPO.CO, Jakarta - Tim Pengabdian Masyarakat atau Abmas Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS membangun pemancar ulang jaringan internet di Desa Ketuwon, Pasuruan. Agenda ini dilakukan dalam rangka memperluas jangkauan internet di Indonesia.
Saat ini, Koordinator Mahasiswa tim Abmas ITS Jona Meivan Frendo Saragih mengatakan beberapa daerah di Indonesia masih belum mendapatkan akses internet yang baik. Satu di antaranya adalah Desa Ketuwon, Kabupaten Pasuruan.
Daerah ini, kata Jona, menjadi salah satu zona blind spot internet. Sebab, sinyal internet tak dapat menjangkau daerah di pegunungan Bromo tersebut.
Berangkat dari permasalahan itulah, tim Abmas ITS membangun pemancar ulang jaringan internet atau repeater. Dengan demikian, koneksi sinyal internet di sana dapat diperluas dan semakin kuat.
Antena repeater yang dipasang akan menangkap sinyal dari Base Transceiver Station atau BTS atau pusat pemancar sinyal. Kemudian, sinyal yang ditangkap akan dipancarkan kembali ke antena omnidirectional. Antena ini dapat memperluas jangkauan internet di sekitar.
Pengabdian yang dimulai sejak September ini diawali dengan penentuan lokasi penempatan antena repeater. Lokasinya berada di area pegunungan yang berjarak dekat dari Desa Ketuwon. Jona menyebutkan, pemasangan antena harus di lokasi yang tinggi agar sinyal yang ditangkap tak terhalang pohon atau bangunan tinggi.
“Penentuan titik penempatan antena repeater ini dibantu dengan situs UISP Design Center,” kata Jona, dikutip dari laman ITS pada Selasa, 21 November 2023.
Tim Abmas melakukan survei dan pemasangan antena repeater di titik yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah itu, barulah mereka melakukan instalasi dan konfigurasi untuk dihubungkan dengan server utama. Terakhir, adalah proses pointing atau mengatur posisi repeater agar sejajar dengan pusat pemancar sinyal. Proses ini penting agar menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena repeater.
Jona mengatakan repeater yang dipasang berhasil menangkap sinyal -47 desibel miliwatt. Nilai ini telah melebihi standar kekuatan sinyal jaringan nirkabel dari antena pada umumnya, yang mana berkisar -50 desibel miliwatt. “Semakin mendekati nilai nol, kekuatan sinyal yang dipancarkan akan semakin bagus,” ucap mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2020 itu.
Antena repeater juga memiliki perangkat pemantauan yang terhubung ke pusat kontrol. Dengan bantuan perangkat ini, kinerja antena dapat terus dipantau agar tetap stabil dan terjaga. Sinyal yang berhasil ditangkap repeater akan dipancarkan ke antena omnidirectional yang berlokasi di zona blind spot Desa Ketuwon dan disebarkan ke sejauh 5 kilometer.
Dengan adanya proyek pengabdian ini, Jona dan timnya berharap agar ketersediaan akses internet tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat setempat. Dengan kemudahan akses informasi, kata Jona, masyarakat dapat membuka usaha, lapangan pekerjaan, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Desa Ketuwon. “Semoga bisa membantu masyarakat setempat dalam berkembang,” kata Jona.
Pilhan Editor: Debat Pemilihan Rektor ITS, 20 Bacarek Paparkan Strategi Melejitkan Kampus