TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace, Iklimku dan Sejauh Mata Memandang berkolaborasi untuk mengadakan kampanye krisis iklim dengan tajuk Berhenti Basa Basi Buat Bumi. Kegiatan tersebut berlangsung di depan Taman Literasi, Blok M, Jakarta pada Rabu, 6 Desember 2023.
Kegiatan Berhenti Basa Basi Buat Bumi ini juga bertepatan dengan momen konferensi iklim dunia atau COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. Kegiatan dimulai dengan sesi diskusi iklim, lalu berlanjut kepada presentasi pameran foto dampak krisis iklim.
Pengkampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, mengatakan dampak krisis iklim sangat nyata dan berada di depan mata. Menurutnya, pelbagai alasan untuk tetap melanggengkan tindakan perusakan iklim tidak bisa lagi didiamkan.
Laju krisis iklim di Indonesia dianggap oleh Adila tidak selaras dengan klaim Presiden Joko Widodo saat KTT Perubahan Iklim PBB COP 28 Jumat 1 Desember 2023 lalu. Sebab, berdasarkan ENDC Indonesia, sektor energi diproyeksikan bakal menjadi penyumbang emisi terbesar di tahun 2023, sebesar 58 persen.
"Jadi sebenarnya kami juga agak bingung maksud dari Presiden Joko Widodo yang menilai jika Indonesia sudah melakukan upaya yang kuat untuk menangani krisis iklim, terutama pengurangan dampak emisi," kata Adila kepada Tempo seusai diskusi kegiatan Berhenti Basa Basi Buat Bumi.
Jika memang Indonesia berkomitmen untuk menghentikan krisis iklim, menurut Adila, seharusnya sudah ada upaya transisi energi dan mengakhiri penggunaan batu bara sebagai sumber listrik di Indonesia.
Adila menilai pemerintah Indonesia terkesan abai dan menganggap peralihan energi dari batu batu ke alternatif yang lain sangat sulit. Padahal, energi batu bara dinilainya lebih mahal ongkos produksinya dibanding energi matahari atau angin yang lebih murah. Ditambah lagi, pada 2020 Indonesia masuk menjadi lima negara terbanyak penyumbang emisi gas rumah kaca di dunia.
"Saran terdekat dari kami adalah mari segera mengakhiri penggunaan energi batu bara sebagai sumber listrik kita dan segera beralih ke energi terbarukan," ujar Adila di ruang pameran foto Berhenti Basa Basi Buat Bumi.
Berangkat dari permasalahan iklim yang kini terjadi di dunia dan khususnya Indonesia, Adila bersama Iklimku dan Sejauh Mata Memandang ingin menyampaikan kepada publik bahwa krisis iklim tersebut sangat berdampak pada sektor utama, yaitu komoditas pangan yang dikonsumsi sehari-hari.
Pengamatan Tempo di kegiatan Berhenti Basa Basi Buat Bumi tersebut, tampak foto-foto dampak krisis iklim dipajang di ruang pameran. Mayoritas foto tersebut menceritakan lahan petani yang kering dan ditumbuhi hama akibat krisis iklim.
Ketika ditelusuri lebih jauh, foto-foto tersebut berasal dari Jawa Tengah, mengangkat tema petani kopi yang gagal panen dan kekurangan omzet akibat krisis iklim. Permasalahannya beraneka ragam. Menurut Adila, mayoritas karena biji kopi rontok dan dahannya berlumut akibat curah hujan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.