TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi mengembangkan inovasi berupa bangunan tahan gempa. Menariknya, rumah tahan gempa ini tak dibangun dari bahan bangunan biasa, melainkan dari bahan dasar Fly Ash Bottom Ash (FABA).
FABA merupakan limbah dari pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Bentuknya berupa partikel abu yang lebih halus dari abu vulkanik.
Rumah itu diberinama Rumah Bangunan Instan Modular Sederhana (BIMA). Inovasi ini pun digadang-gadang dapat menyelesaikan persoalan penanganan limbah FABA yang selama ini dihadapi oleh unit pembangkit listrik.
Vice President Corporate Communication and CSR PLN Nusantara Power Fenny Nurhayati mengatakan inovasi ini menjadi jawaban dari tantangan pengolahan limbah FABA berkelanjutan. Menurut dia, transformasi ini mampu menyelesaikan masalah lingkungan sekaligus melahirkan inovasi baru.
“Bahkan, FABA dapat diubah menjadi sangat layak sekali untuk menjadi bahan dasar untuk rumah seperti BIMA ini,” kata Fenny dikutip dari laman Ditjen Vokasi Kemendikbud, Sabtu, 30 Desember 2023.
Dari segi ekonomi, menurut Fenny, pengembangan olahan FABA dalam struktur bangunan ini akan menciptakan ladang pendapatan baru bagi masyarakat luas. Ditambah lagi dengan adanya pelatihan bisnis, praktik pengolahan dan pelatihan K3 yang telah dilakukan, kesiapan masyarakat untuk mendayagunakan FABA ini semakin tinggi.
BIMA dibuat dari struktur batu bata yang berbahan dasar FABA. Bangunan tahan gempa ini telah melewati berbagai uji yang membuktikan kelayakannya sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dosen S2 Teknik Keselamatan dan Risiko PPNS Wiwik Dwi Pratiwi yang terlibat dalam pengembangan BIMA mengatakan beton yang digunakan untuk struktur rumah tahan gempa ini menggunakan fly ash dan bottom ash sebagai substitusi sebagian semen dan sebagian pasir. “Dinding menggunakan bahan yang sebagian besar berupa fly ash,” kata dia.
Secara teknis, beton dan modul dinding telah memenuhi syarat SNI. Secara ekonomi substitusi FABA pada beton struktur ini juga bisa menghemat biaya sekitar 50 persen.
“Penggunaan FABA ini secara tidak langsung juga lebih ramah lingkungan,” kata Wiwik.
Rumah BIMA ini dibangun di di Desa Sumberejo, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Dalam peresmian rumah yang digelar beberapa waktu lalu, diserahkan pula peralatan yang dapat digunakan oleh BUMDes utk memproduksi Rumah BIMA sebagai upaya keberlanjutan produksi oleh masyarakat desa. Bantuan yang diserahkan berupa cetakan, alat uji slump, APD, serta peralatan lainnya yang dapat mendukung usaha BUMDes terkait produksi Rumah BIMA.
Pilihan Editor: Vokasi UI Perkenalkan Model Aplikasi untuk Tingkatkan Akses Pembiayaan UMKM