Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Budaya Geng di Sekolah Ciptakan Kekerasan di Kalangan Pelajar

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia atau JPPI dan Suara Orang Tua Peduli (SOP) membahas refeleksi akhir tahun mengenau kasus kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar. Aktivis SOP Rahmi Yunita menyoroti pola kekerasan dan intimidasi yang seringkali berulang dalam sekat-sekat geng yang diciptakan pelajar.

"Kekerasan dan intimidasi itu menciptakan ketidaksetaraan dalam relasi kuasa di kalangan pelajar. Perilaku brutal yang berkaitan dengan identitas geng kerap menjadikan korban di luar geng menjadi sasaran pemukulan atau diserang bersama," ujarnya dilansir dari situs NU online pada Selasa, 2 Januari 2024.

Dia mengatakan meskipun beberapa kasus kekerasan akhirnya mencuat ke permukaan, namun program di sekolah untuk mengurangi budaya geng masih minim. Selama ini, kata dia, upaya terbatas pada kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) atau sosialisasi. Padahal, kurangnya perhatian terhadap pembangunan kesadaran dan pencegahan kekerasan di sekolah menjadi tantangan serius.

"Saya belum melihat ada sekolah yang punya program untuk mengurangi budaya geng, cuma ada MPLS dan sosialisasi. Bagaimana caranya membuat anak-anak paham tradisi melakukan kekerasan orang lain itu merupakan tindakan kriminal. Saya tidak melihat ada program itu di sekolah kita," kata Yunita.

Ia mencontohkan kasus kekerasan oleh ketua geng di salah satu sekolah di Cilacap yang terjadi September lalu. Lalu, ada pula kasus siswa senior yang memukul siswa junior di Jakarta. Yunita menyayangkan belum ada strategi yang kreatif atau efektif untuk menangani kekerasan ini di satuan pendidikan.

"Dinas (pendidikan) dan Mendikbud (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) harus diskusi soal ini. Masalahnya, geng itu tak bisa dianggap persoalan sederhana, karena ada sejarah panjang mengapa aturan mengurangi kekerasan berkali-kali gagal. Jangan sampai ada yang terulang, baru lebih aware. Sekolah seharusnya lebih demokratis, sehingga geng dihapuskan bukan diwariskan," ucap Yunita.

Ia menegaskan, perlu adanya strategi kreatif dalam menangani kekerasan di satuan pendidikan, merujuk pada peraturan baru Permendikbud Nomor 46 Tahun 2023. "Agustus lalu, Permendikbub baru mengharapkan sekolah lebih aware untuk mencegah mekanisme pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah. Menurut saya, itu cukup memberikan pencerahan. Mekanisme permendikbud baru ini menarik untuk dieksplorasi," ucap Yunita.

Perlu sinergi berbagai pihak

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat kenyataan yang ada, Koordinator JPPI Ubaid Matraji mengatakan sinergi antara berbagai pihak seperti pemerintah, sekolah, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman. "Kami sangat prihatin angka kekerasan pelajar di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya di DKI Jakarta. Kekerasan didominasi tawuran antarpelajar. Di Jakarta, tawuran bisa sehari tiga kali. Ini memang masalah sangat serius (tawuran), angkanya capai 59 persen," ungkap Ubaid.

Di samping itu, kekerasan seksual menempati posisi kedua tertinggi yang berkontribusi terhadap angka putus sekolah pelajar perempuan Indonesia. Tak hanya itu, kekerasan seksual juga menyumbang dalam angka gender based violence di sekolah.

"Kami sangat mengapresiasi permendikbud yang baru. Sayangnya, itu masih menjadi semacam kertas sampai Desember 2023, belum ada tindak lanjut. Ini menjadi penting sekali, bukan hanya soal dibentuk atau tidak dibentuk, tapi bagaimana program satgas, tim pencegahan kekerasan betul-betul menjadi prioritas di daerah," kata Ubaid.

Ubaid berharap tidak hanya komitmen di kebijakan atau aturan perundang-undangan, namun pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang memadai. Kebijakan ini diperlukan untuk memastikan perlindungan terhadap korban kekerasan, serta memberikan jaminan keselamatan bagi pelapor kekerasan. Namun, yang lebih penting lagi menurutnya adalah jaminan supaya ada perlindungan terhadap korban kekerasan. 

"Karena yang terjadi adalah korban takut melapor karena tidak ada jaminan keselamatan terhadap pelapor. Yang sering terjadi, anak ditandai gurunya, kepala sekolahnya, banyak diancam, diintimidasi," tuturnya.

Pilihan Editor: Saran Psikolog UI untuk Resolusi Tahun Baru: Spesifik, Terukur, Jelas dan Realistis

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

1 hari lalu

Ilustrasi anak bermain game online (pixabay.com)
Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

Game online yang mengandung konten kekerasan berpotensi merusak moral anak bangsa di masa depan sehingga perlu diblokir.


Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

8 hari lalu

Komedian Isa Bajaj dan Sinyorita Esperanza menghadiri pemakaman Agung Hercules di TPU Cikutra, Bandung, Jumat, 2 Agustus 2019. Instagram/@Isabajaj
Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

Surabaya Children Crisis Center menyayangkan terjadinya tidak kekerasan oleh laki-laki tak dikenal terhadap putri komedian Isa Bajaj di Magetan.


Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

15 hari lalu

Nikita Mirzani. Foto: Instagram Nikita Mirzani.
Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

Menurut Nikita Mirzani, selama ini ia diam lantaran merasa takut akan mendapatkan penilaian dan tidak akan ada yang percaya.


Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

15 hari lalu

Front Mahasiswa Anti Kekerasan Papua menggelar Aksi didepan gedung Komnas HAM RI, di Jakrta, Jumat 3 Maret 2023. Aksi ini sebagai bentuk Solidaritas rakyat Papua Wamena terhadap Pelanggaran HAM yang di perbuat oleh TNI/POLRI dan menuntut usut penembakan di Wamena yang mengakibatkan 9 orang meninggal. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum


Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

17 hari lalu

Ilustrasi anak main game. Shutterstock.com
Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

Kak Seto mengatakan game atau permainan dengan kekerasan dan konten negatif mesti dibersihkan karena berdampak buruk pada anak.


Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

24 hari lalu

Ilustrasi Sekolah Tatap Muka atau Ilustrasi Belajar Tatap Muka. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

Kemendikbudristek sudah menyiapkan petunjuk teknis dan panduan untuk membantu mencegah kekerasan di sekolah.


Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

24 hari lalu

Ilustrasi kekerasan pada anak. health. wyo.gov
Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

Psikolog menyebut para pelaku kekerasan anak cenderung memiliki gangguan kesehatan mental dan biasanya orang terdekat.


KKJ Desak KSAL Adili 3 Anggota TNI AL Pelaku Kekerasan terhadap Jurnalis di Maluku Utara

28 hari lalu

Ilustrasi pasukan TNI AL. ANTARA/Yusran Uccang
KKJ Desak KSAL Adili 3 Anggota TNI AL Pelaku Kekerasan terhadap Jurnalis di Maluku Utara

Tiba di pos, anggota TNI AL menginterogasi Sukandi soal berita yang dibuatnya.


Siklus KDRT Berulang tapi Enggan Berpisah atau Tinggalkan Pasangan, Psikolog Sebut Alasannya

29 hari lalu

Ilustrasi KDRT/Canva Premium
Siklus KDRT Berulang tapi Enggan Berpisah atau Tinggalkan Pasangan, Psikolog Sebut Alasannya

Psikolog mengatakan kebingungan sering menjadi salah satu karakter khas korban yang akhirnya membuat terperangkap dalam siklus KDRT.


Cerita Korban Ferienjob UNJ: Mendapat Kekerasan dan Rasisme di Tempat Kerja

31 hari lalu

Mahasiswa Universitas Halu Uleo foto bersama di Bandara Soekarno-Harta saat akan berangkat ferienjob ke Jerman. Istimewa
Cerita Korban Ferienjob UNJ: Mendapat Kekerasan dan Rasisme di Tempat Kerja

Keluhan Achmad Muchlis tentang beban kerja tak pernah digubris saat ferienjob di Jerman yang berkedok magang mahasiswa