TEMPO.CO, Bandung - Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga angin puting beliung akibat hujan ekstrem saat pelaksanaan Pemilu 14 Februari 2024.
“Karena perkiraan BMGK puncak musim hujan ekstrem itu bulan Februari dan Maret, jadi pada saat Pemilu,” kata Bey Machmudin, saat memimpin apel siaga kesiapsiagaan bencana pada masa Pemilu 2024 di depan kompleks Gedung Sate Bandung, Jumat, 2 Februari 2024.
Sejumlah simulasi sudah disiapkan menghadapi kemungkinan bencana saat pelaksaan pemungutan suara yang akan berlangsung dua pekan lagi, di antaranya pemasangan tenda darurat untuk mengantisipasi pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, evakuasi logistik dan petugas pemilu di area banjir, hingga evakuasi medan terjal jika terjadi longsor.
“Kita juga ada kegiatan simulasi seperti pemasangan tenda juga pengamanan di wilayah air dan medan terjal untuk meningkatkan skill atau kemampuan anggota BPBD agar nanti semuanya bisa diantisipasi,” kata Bey.
Bey mencontohkan Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang rawan menghadapi bencana hidrometeorologi saat puncak musim hujan pada saat pemungutan suara. “Rawan bencana itu di Kabupaten Bogor, tapi semua daerah harus diantisipasi karena jangan sampai lengah, semua harus tetap sama, kesiapsiagaan,” kata dia.
Bey mengatakan, Puskesmas juga sudah diminta siaga saat pemungutan dan penghitungan suara. “Terkait dengan kesehatan, belajar dari Pemilu 2019, Kepala Dinas Kesehatan provinsi telah berkoordinasi dengan Puskesmas agar pada saat pemilu harus tetap siaga,” kata dia.
Kepala Pelaksana Harian BBPD Jawa Barat Dani Ramdan mengatakan antisipasi yang dilakukan mengikuti potensi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi saat puncak musim hujan ekstrem yang diperkirakan BMKG terjadi pada Februari-Maret ini, seperti banjir.
“Bencana hidrometeorologi itu ada banjir, makanya kita lakukan evakuasi medan basah, kemudian longsor kita lakukan evakuasi medan terjal, juga angin puting beliung,” kata dia, Jumat.
Dani mengatakan, dari 6 ribuan desa di Jawa Barat, ada 1.800 desa yang dinilai rawan menghadapi bencana hidrometeorologi di puncak musim hujan ini."Titiknya itu sekitar hampir 5 ribuan TPS yang perlu ada kewaspadaan tingkat tinggi,” kata dia.
Dani mengatakan, di 5 ribuan TPS itu lokasinya umumnya relatif aman dari bencana, namun bencana yang terjadi bisa mengganggu pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara. “Meskipun itu sudah kita berikan asesmen bahwa secara titik TPS aman, tapi mungkin jalur menuju TPS itu yang dimungkinkan banjir,” kata dia..
Dani mengatakan, umumnya ancamannya adalah bencana banjir. “Banjir itu mencakup banjir bandang, banjir genangan, dan banjir rob,” kata dia. Kendati demikian, angin puting beliung juga menjadi bencana yang berpotensi terjadi dan juga sulit diprediksi.
Dani mengatakan, petugas BPBD dan peralatan disiagakan di setiap kecamatan di Jawa Barat. “Karena memang personil tidak memadai kalau di tingkat desa. Di tingkat kecamatan itu peralatan dan personil stand-by sehingga jarak tempuh kurang dari 1 jam,” kata dia.
Dani mengatakan, jika pada saat pelaksanaan pemungutan suara terjadi bencana, semua pihak diminta jangan panik. “Kami sudah menyusun rencana operasi, tinggal dipedomani siapa melakukan apa dan di mana itu sudah diatur. Yang penting tidak usah panik, tapi tetap waspada,” kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.