TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Qayoum Safi asal Afghanistan lulus dari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran atau Unpad dengan IPK tertinggi, yaitu 4,00. Selama masa studi Magisternya dalam kurun waktu 1,5 tahun, ia berhasil mempublikasikan karya di empat jurnal internasional dan tiga jurnal nasional.
Sebelum menjadi mahasiswa Unpad, ia telah melakukan beberapa penelitian di Afghanistan. Namun, penelitian yang dilakukannya berbeda dengan di Unpad. “Sebelum saya datang ke sini (Unpad), saya melakukan penelitian, tetapi tidak seprofesional seperti sekarang,” kata Safi dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Kamis, 8 Februari 2024.
Safi berbagi tips kepada mahasiswa yang ingin menerbitkan artikel di jurnal internasional. Pertama, mahasiswa harus memiliki jadwal yang ketat dan bertanggung jawab untuk menjalankannya. “Jika mereka mengikuti jadwal tersebut, mereka dapat mencapai apa yang diinginkan,” katanya.
Kedua, mahasiswa harus dapat berpikir kritis. Ketika melihat masalah di masyarakat, mereka harus memikirkannya dan mencarinya di internet, buku, dan sumber lainnya. Ketiga, bahasa Inggris sangat penting untuk menerbitkan artikel di jurnal internasional.
Menurut Safi, mahasiswa harus memahami aturan menulis serta berbicara dalam bahasa Inggris. “Menerbitkan artikel di jurnal internasional cukup rumit karena mereka memiliki aturan yang ketat untuk gaya penulisan dan pembahasan artikel,” ujarnya.
Keempat, mahasiswa dapat mempelajari bidang yang berbeda, sehingga akan menemukan kesenjangan penelitian dan dapat melengkapi kesenjangan tersebut.
Safi berterima kasih kepada kedua pembimbingnya, Herlina Agustin dan Edwin Rizal, serta pihak prodi dan fakultas yang telah membantunya melakukan penelitian di bidang yang berbeda. “Mereka semua mendorong saya, dan mereka sangat membantu saya untuk melakukan penelitian di bidang yang berbeda di sini,” ungkap Abdul.
Safi mengaku lebih memilih melanjutkan pendidikan di Unpad untuk menggali kebudayaan Indonesia. Awalnya ia dinyatakan sebagai penerima beasiswa di dua negara, yaitu Iran dan Indonesia (Unpad) melalui program beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB).
Atas berbagai pertimbangan, ia pun memilih Indonesia sebagai tujuan studinya lewat program beasiswa KNB. “Saya menyadari bahwa Unpad adalah salah satu dari universitas terbaik di Indonesia, khususnya di bidang Ilmu Komunikasi,” ujar Safi yang juga merupakan seorang dosen di negara asalnya.
Safi mengatakan, pengalamannya belajar di Unpad sangat menyenangkan. “Di Unpad, saya merasa bahwa para dosen, sikap dan interaksi dosen, serta hubungan antara mahasiswa dan dosennya sangat dekat sekali,” ujarnya.