TEMPO.CO, Jakarta - Bertujuan sebagai sarana edukasi kepada pemilih muda sebelum mencoblos di Pemilu 2024, situs kuis Voting Advice Application atau VAA Kawula17 sudah dikunjungi lebih dari satu juta lebih pengguna internet.
Co-Founder Kawula17, Dian Irawati, mengatakan situs kuis VAA membantu setiap individu untuk menentukan pilihannya, sesuai dengan visi dan misi dari para calon presiden atau capres. Melalui kuis ini, peserta bakal bisa melihat lebih jauh siapa calon pemimpin yang cocok dengan pemikiran mereka.
"Pada data terakhir, kami mencatat situs ini sudah diakses oleh 1.073.936 pengguna. Skor puncak untuk kunjungan terjadi pada Januari lalu, tembus hingga 10 ribu kunjungan dalam satu jam," kata Dian saat dihubungi Tempo, Jumat 9 Januari 2024.
Dian menyampaikan, kuis VAA Kawula17 hanyalah sarana edukasi dan bukan lembaga survei, karena itu dia meminta kepada seluruh pihak untuk tidak menjadikan hasil kuis ini sebagai penanda kemenangan di pemilu serentak 2024.
Perihal keamanan situs, Dian menjamin bahwa kuis VAA Kawula17 tidak mendapatkan akses ke data pribadi pengguna. Saat mengunjungi situs ini pun, pengguna tidak diwajibkan untuk mengisi data diri, nomor telepon ataupun alamat dan email.
Keamanannya juga sudah menggunakan autentikasi dua faktor untuk login ke tool. Lalu data yang disimpan sudah dengan enkripsi AES-256 sebagai standar enkripsi lanjutan. "Hingga saat ini pun belum ada pihak eksternal yang berminat terhadap data yang dikumpulkan. Dan kami juga tidak berniat melakukan itu," ujar Dian.
Dian menjelaskan, kuis yang diberikan melalui situs VAA Kawula17 sederhananya sebagai ikhtisar pernyataan dan pencocokan berdasarkan visi dan misi masing-masing kandidat. "Niatannya adalah membantu setiap individu menentukan sejauh mana kesesuaian antara gagasan individu terhadap isu-isu terkini dana gagasan partai politik," ucap Dian.
Lebih lanjut, menurut Dian, kuis VAA juga bukanlah hal yang baru dalam kancah politik global. Kuis jenis ini disebut dia sudah pernah dipakai di sejumlah negara di Eropa dan Amerika sejak awal 2000-an. Salah satu contohnya ada Wahl-0-Mar di Jerman pada 2002.
Selain itu, di 2003 negara Swiss juga membuat kuis seperti VAA Kawula17, tapi bernama SmartVote. Sedangkan di Belanda juga ada dengan nama StemWijzer. Bahkan di Belanda, menurut Dian, sudah dipakai sejak 1989 lalu. "Jadi bukan pertama di Indonesia situs kuis ini dibuat, banyak negara di belahan dunia lain yang sudah memakainya juga sejak lama," kata Dian.
Dian berharap, untuk waktu ke depan bakal banyak lembaga yang membuat kuis serupa VAA Kawula17 ini dengan tujuan untuk mempermudah mengedukasi pemilih muda dalam mencocokkan visi dan misi para kandidat.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.