TEMPO.CO, Jakarta - Puting beliung menghempaskan atap belasan rumah warga di Kampung Citawa, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Sabtu, 24 Februari 2024, antara pukul 14.02 hingga 14.30 WIB.
Dari rekaman video warga yang beredar, terlihat kampung itu dinaungi awan gelap lalu muncul angin berwarna putih seperti asap yang berputar-putar dengan kencang lalu bergerak dengan cepat.
Dari video warga yang mengabarkan kejadian itu di Kampung Citawa, durasi kemunculan angin hingga kondisi mereda berlangsung kurang dari tiga menit. Namun begitu, dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, angin kencang itu membuat kerusakan 16 rumah pada bagian atap.
Dilaporkan nihil korban luka maupun jiwa dalam kejadian itu. Warga bersama petugas berusaha memperbaiki langsung atap rumah yang bolong. Warga memerlukan terpal untuk menutup sementara atapnya yang rusak disapu angin kencang untuk mengantisipasi hujan.
Sementara itu, menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu, dari video yang beredar diketahui kejadian angin puting beliung terjadi di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Menurutnya, pertumbuhan puting beliung bisa terjadi di dataran rendah ataupun tinggi atau pegunungan.
Peristiwa puting beliung di wilayah pegunungan atau dataran tinggi kemungkinan besar disebabkan oleh labilitas atmosfer tinggi dan tren penurunan tekanan yang besar. “Kejadian puting beliung di terrain pegunungan jauh lebih langka dibandingkan di kawasan dataran terbuka,” ujarnya, Sabtu 24 Februari 2024.
Berdasarkan analisis cuaca BMKG, suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat. Kondisi itu mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Adapun kelembapan udara tergolong sangat basah antara 65-95 persen. Selain itu bekas siklon tropis Lincoln masih terpantau di Samudra Hindia bagian Tenggara dan selatan Bali.
Terpantau juga, menurut BMKG, sirkulasi siklonik di Pulau Sumatra yang mengakibatkan terbentuknya pertemuan angin di sepanjang Pulau Sumatra bagian selatan hingga ke Pulau Jawa termasuk Jawa Barat. Kemudian terjadi belokan angin di Samudra Hindia bagian barat hingga selatan Jawa Barat. “Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan disekitar wilayah pertemuan dan belokan angin,” ujarnya.
Sementara indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga kuat di sebagian wilayah Jawa Barat. Dampaknya berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.