TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. Peta jalan itu ditargetkan menjadi landasan perencanaan fasilitas sanitasi sekolah yang berkualitas.
Dalam penyusunan roadmap tersebut, Kemendikbudristek menyoroti soal pentingnya ketersediaan akses air, sanitasi, dan kebersihan—lebih dikenal sebagai Water, Sanitation, and Hygiene (WASH)—terhadap pembangunan sektor kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Di sektor pendidikan, WASH menjadi komponen untuk mewujudkan konsep sekolah sehat.
“Kemendikbudristek telah mengimbau dan terus mendorong semua yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Iwan Syahril di Jakarta, dikutip dari keterangan pers Kemendikbudristek pada Selasa, 27 Februari 2024.
Hingga 2022, merujuk catatan pemerintah, sekitar 11,43 persen sekolah dari semua jenjang di Indonesia sudah memiliki jamban yang terpisah dan berfungsi dengan baik. Persentase itu jauh dari ambisi penyediaan WASH hingga 100 persen pada 2030. Untuk mengejar target tersebut, butuh perencanaan strategis yang bisa dieksekusi oleh seluruh kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, serta pemangku kepentingan lainnya.
“Kami berharap dengan adanya dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini, maka seluruh pemangku kebijakan dapat terlibat dalam Perencanaan Berbasis Data menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) terkait dengan akses sanitasi sekolah,” tuturnya.
Chief of WASH dari United Nations Children's Fund (Unicef) Indonesia, Kannan Nadar, mengapresiasi komitmen peningkatan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan di seluruh sekolah lokal. “Sarana Sanitasi Sekolah yang berketahanan iklim dan inklusi mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan.”
Menurut dia, pedoman WASH juga memotivasi siswa untuk menerapkan perilaku kebersihan yang baik. Para pelajar pun bisa menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan komunitas di lingkungannya.
Ketua Yayasan Strategi Pengkajian Edukasi Alternatif Komunikasi (SPEAK) Indonesia, Wiwit Heris Mandari, mengatakan ada tiga indikator sanitasi sekolah yang sesuai dengan empat pilar SDGs. Yang pertama adalah akses air bersih yang layak dan cukup. Indikator kedua terkait dengan pemisahan jamban antara laki-laki dan perempuan. Skema ini bisa dilengkapi dengan penyediaan pembalut di toilet perempuan sebagai bagian dari manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi.
Indikator terakhir adalah akses terhadap fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir. “Dengan dimasukkannya Sehat Lingkungan sebagai bagian dari fokus Gerakan Sekolah Sehat, maka kami berharap lebih banyak lagi sekolah di Indonesia yang memiliki akses sanitasi sekolah,” tutur dia.
Pilihan Editor: Popularitas Instagram UGM Nomor 3 di Dunia, Hanya Kalah dari Harvard dan Oxford