Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teknologi Modifikasi Cuaca Digunakan untuk Atasi Banjir Demak, Pakar UI Sebut Efektivitas 50:50

image-gnews
Sejumlah kendaraan bermotor menembus banjir di jalan pantura Demak-Kudus, Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu, 18 Februari 2024. Satlantas Polres Demak membuka kembali jalan tersebut setelah 10 hari terputus akibat terendam banjir dengan imbauan kepada seluruh pengendara untuk melaju perlahan, karena selain masih ada genangan banjir di sejumlah titik jalan juga masih digunakan relawan untuk mobilitas jalur pengiriman logistik untuk warga terdampak banjir serta untuk lokasi peristirahatan darurat pengungsi di pinggir jalan. ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah kendaraan bermotor menembus banjir di jalan pantura Demak-Kudus, Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu, 18 Februari 2024. Satlantas Polres Demak membuka kembali jalan tersebut setelah 10 hari terputus akibat terendam banjir dengan imbauan kepada seluruh pengendara untuk melaju perlahan, karena selain masih ada genangan banjir di sejumlah titik jalan juga masih digunakan relawan untuk mobilitas jalur pengiriman logistik untuk warga terdampak banjir serta untuk lokasi peristirahatan darurat pengungsi di pinggir jalan. ANTARA/Aji Styawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini mendorong pemerintah melakukan beberapa langkah pencegahan dan penanggulangan, salah satunya adalah operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan untuk mengatasi banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. 

Dosen Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) sekaligus pakar geografi fisik dan lingkungan, Mangapul Parlindungan Tambunan, mengatakan operasi TMC adalah sebuah teknologi dari interpretasi manusia dalam memodifikasi cuaca yang sifatnya alami.

“Cuaca dalam sebuah kejadian dapat berupa suhu, angin, hujan yang lingkupannya tidak luas. Contohnya seperti di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan di sebuah wilayah sangat dinamis yang berkaitan dengan waktu. Jika kita membicarakan teknologi modifikasi cuaca, contohnya cuaca di Jakarta dengan temporal waktu yang cenderung singkat,” ujar Mangapul kepata Tempo, Kamis, 29 Februari 2024.

Menurut Mangapul, berbicara mengenai modifikasi cuaca berarti berbicara mengenai siklus hidrologi yang ada di atmosfer. “Pada saat pembentukan awan, di situlah ada interpretasi manusia. Di saat kondensasi terjadi, di situlah disemai atau ditabur awan-awannya sehingga hujan terjadi di ruang yang kita inginkan,” katanya. 

Ia menilai kegunaan dan tujuan dilakukannya operasi TMC untuk mempercepat proses terjadinya hujan di ruang yang diinginkan. Mangapul juga mengungkapkan bahwa keberhasilan TMC dipengaruhi oleh arah dan besaran angin. Namun, kegagalan operasi TMC dapat terjadi dengan perkiraan lebih dari 50 persen dengan melihat percepatan angin. “Peluang rekayasa keberhasilannya fifty-fifty untuk mengendalikan TMC. Tinggal besarannya tergantung ruangnya,” ujarnya. 

Cara kerja operasi TMC terjadi dengan adanya proses kimia. Mangapul mengatakan setelah dilakukannya penaburan garam dengan menggunakan pesawat yang membawa garam ke udara dan menyemainya di wilayah yang sudah ditentukan, hal tersebut mampu mempercepat pergerakan terjadinya hujan.

“Sementara itu operasi TMC dilakukan dengan melihat kondisi awan. Sebelum terjadinya hujan agar dapat dialihkan ke ruang yang diinginkan, seperti di laut dengan melihat perhitungan intensitas hujan yang akan terjadi di ruang tertentu,” ujarnya.

Selain Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI Angkatan Udara, dan pihak atau badan lainnya, kata dia, para ilmuwan dan akademisi perlu ikut serta dilibatkan dalam mempercepat perhitungan pergerakan cuaca seperti hujan atau cuaca ekstrem saat ini. Mangapul menyebutkan keterlibatan dan kolaborasi berbagai pihak, yaitu institusi pemerintah, bisa dimanfaatkan secara luas untuk masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Berangkat dari objektivitas ilmu pengetahuan alam, metode penelitian, data lapangan dan institusional, di situlah kolaborasi berbagai pihak diperlukan dengan tujuan membangun bangsa. Dari BMKG memberikan laporan prakiraan cuaca kepada Departemen Geografi FMIPA UI dan selanjutnya FMIPA UI menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi kepada pemerintah. Contoh data institusional, yaitu jika di setiap kecamatan atau kelurahan memiliki alat ukur angin dan hujan, baik konvensional dan modern, seperti penggunaan radar, mempermudah BMKG mendapatkan data terkait cuaca,” kata Mangapul.

Menurutnya, dampak negatif dari operasi TMC saat ini belum ditemukan. “Karena sebelumnya operasi TMC telah diuji di beberapa negara hingga digunakan saat ini di Indonesia. Tingkat efektivitas operasi TMC tersebut bisa dikatakan 50 persen berhasil dan 50 persen gagal. Hal tersebut sangat tergantung dengan angin (percepatan dan besaran),” ujarnya.

“Cuaca merupakan hal yang perlu kita syukuri. Bagaimana kita mengendalikan fenomena cuaca untuk bersahabat dengan cuaca adalah dengan belajar, memahami, dan mendalami terkait keadaan cuaca tertentu agar menjadi sebuah upaya mempersiapkan diri dalam menghadapi cuaca ekstrem yang terjadi,” kata Mangapul.

Ruang air, misalnya DAS, harus dimanfaatkan karena DAS berperan penting dalam menjaga lingkungan dan menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat. Pengelolaan DAS harus terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga tidak akan menimbulkan bencana baik di bagian hulu, tengah, maupun di hilir DAS.

Ia berharap masyarakat sekarang juga perlu mengetahui dan memberikan perhatian terhadap faktor terbesar atau dominan terjadinya cuaca ekstrem, yaitu antropogenik. Antropogenik merupakan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pencemaran, seperti limbah pabrik, polusi transportasi, illegal logging, ekspansi lahan kelapa sawit, dan faktor alami alam, yaitu dari gunung api. “Upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir hal tersebut, salah satunya adalah dengan cara melakukan penanaman tumbuhan atau tanaman tropis di lahan terbuka,” ujar Mangapul.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


18 Titik Jalan Nasional Rusak Parah Akibat Banjir Bandang di Sumatera Barat

2 jam lalu

Tim SAR melakukan pencarian terhadap enam orang masyarakat yang terbawa arus banjir bandang di aliran Sungai Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman pada Senin, 13 Mei 2023. BNPB mencatat 41 orang dinyatakan meninggal akibat bencana banjir bandang yang melanda Sumatera Barat pada Sabtu 11 Mei 2024. TEMPO/Fachri Hamzah
18 Titik Jalan Nasional Rusak Parah Akibat Banjir Bandang di Sumatera Barat

Rusaknya beberapa jalan tersebut diakibatkan banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatra Barat pada Sabtu, 11 Mei 2024.


Banjir di Sumatera Barat Sebabkan Jalan Nasional Terputus, Masyarakat Diimbau Lewat Jalan Alternatif

3 jam lalu

Operator mengoperasikan alat berat saat pencarian korban banjir bandang di Jorong Galuang, Nagari Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Banjir di Sumatera Barat Sebabkan Jalan Nasional Terputus, Masyarakat Diimbau Lewat Jalan Alternatif

Bencana alam banjir bandang di Sumatera Barat menyebabkan sejumlah jalan nasional terputus. Masyarakat diminta lewat jalur alternatif.


Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

8 jam lalu

Kondisi banjir di Aceh Selatan, Minggu, 12 Mei 2024. Sumber Foto: BPBD Aceh Selatan
Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

Banjir mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas umum serta tanah longsor menutupi badan jalan lintas nasional.


TNI AL Terjunkan Anggota Bantu Evakuasi Korban Banjir Bandang di Sumatera Barat

10 jam lalu

Operator mengoperasikan alat berat saat pencarian korban banjir bandang di Jorong Galuang, Nagari Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Senin 13 Mei 2024. BNPB merilis penambahan korban akibat banjir bandang yang menerjang sejumlah daerah di kaki Gunung Marapi itu menjadi 41 orang meninggal dunia, sementara terdapat dua korban masih dalam pencarian di lokasi itu. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
TNI AL Terjunkan Anggota Bantu Evakuasi Korban Banjir Bandang di Sumatera Barat

TNI AL membantu pencarian dan penyelamatan korban bencana banjir bandang lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.


Banjir Sumbar, Tim SAR Masih Cari 17 Korban Hilang

17 jam lalu

Sebuah mobil yang terdampak banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Minggu, 12 Mei 2024. Banjir bandang akibat meluapnya aliran air lahar dingin Gunung Marapi serta hujan deras di daerah itu mengakibatkan 18 tewas, sejumlah rumah rusak dan ratusan warga diungsikan. ANTARA/Iggoy El Fitra
Banjir Sumbar, Tim SAR Masih Cari 17 Korban Hilang

Kantor Basarnas Padang masih melakukan pencarian terhadap 17 orang korban banjir bandang di Sumatera Barat.


Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sumatra Barat Bertambah Jadi 37 Orang

1 hari lalu

Kondisi jalan nasional lintas Sumatera kilometer 64 yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi, di kawasan Silaiang, Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu, 12 Mei 2024. Ruas jalan utama Padang - Bukittinggi via Padang Panjang tersebut putus akibat banjir bandang pada Sabtu (11/5) dan arus lalulintas terpaksa dialihkan ke sejumlah jalur alternatif. TEMPO/Fachri Hamzah
Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sumatra Barat Bertambah Jadi 37 Orang

banjir bandang itu juga menyebabkan ruas jalan terputus.


Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

1 hari lalu

Seorang pria berjalan di jalan berlumpur, pasca banjir menyusul hujan lebat, di desa Kar Kar, provinsi Baghlan, Afghanistan 11 Mei 2024. REUTERS/Sayed Hassib
Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

Afghanistan dilanda banjir parah yang menyapu desa-desa dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.


BPBD Evakuasi 15 Korban Tewas Akibat Banjir Bandang di Kabupaten Agam

1 hari lalu

Kondisi jalan nasional di Air Terjun Lembah Anai yang terban akibat diterjang banjir lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar, Minggu, 12 Mei 2024. (Antara/Fandi Yogari).
BPBD Evakuasi 15 Korban Tewas Akibat Banjir Bandang di Kabupaten Agam

BPBD masih terus memutakhirkan data bangunan terdampak, baik rumah, fasilitas umum, dan tempat usaha akibat banjir bandang tersebut.


19 Orang Korban Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumatera Barat Ditemukan

1 hari lalu

Warga melihat kondisi bangunan yang terseret banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Sabtu, 6 April 2024. Data Nagari Bukik Batabuah menyebutkan  banjir lahar dingin  yang terjadi pada Jumat (5/4) itu menerjang 17 unit mobil dan sejumlah motor dan 40 rumah, tiga di antaranya rusak berat, serta areal pesawahan dan memutus sementara jalan alternatif mudik Pekanbaru - Padang.   ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
19 Orang Korban Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumatera Barat Ditemukan

Kantor Pencarian dan Pertolongan Petama atau Basarnas Padang menemukan 12 orang korban banjir bandang lahar dingin di Kabupaten Agam. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia


Banjir Bandang di Agam dan Tanah Datar Sumbar Sebabkan Jalan Nasional dan Jembatan Terputus

1 hari lalu

Jalan negara di Silaiang putus total akibat digerus luapan air Sungai Batang Anai, Sabtu malam, 11 Mei 2024. BPBD
Banjir Bandang di Agam dan Tanah Datar Sumbar Sebabkan Jalan Nasional dan Jembatan Terputus

Badan jalan nasional sepanjang 200 meter Silaiang, Kabupaten Tanah Datar terpantau rusak parah akibat banjir bandang pada Sabtu malam, 11 Mei 2024.