TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperkirakan 25 persen wilayah di Jawa Barat masih memiliki curah hujan tinggi pada dasarian (rentang 10 hari) kedua Maret 2024. Dari catatan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Barat pada Selasa, 12 Maret 2024, kawasan dengan intensitas hujan tinggi meliputi sebagian Bogor dan Sukabumi yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Banten. Kemudian juga sebagian Purwakarta, Subang, Sumedang, Majalengka, Cirebpn, Kuningan, dan Ciamis.
Adapun mayoritas atau 71 persen area di Jawa Barat, pada periode yang sama, diprediksi masih bercurah hujan menengah antara 50-150 milimeter per dasarian. Sedangkan curah hujan pada 4 persen wilayah di provinsi tersebut sudah tergolong rendah, hanya sekitar 0-50 milimeter per dasarian.
Curah hujan mulai berkurang di wilayah pantai utara atau pantura terutama di Kabupaten Indramayu. Pada dasarian kedua Maret 2024, wilayah hari tanpa hujan di Jawa Barat akan bertambah luas. Dari catatan BMKG, daerah yang curah hujannya rendah meliputi pantura, mulai dari sebagian Bekasi, Karawang, Subang, lalu hampir seluruh Indramayu, serta sebagian kecil Cirebon.
Pada dasarian pertama Maret 2024, sebanyak 18 persen wilayah di Jawa Barat telah mengalami hari tanpa hujan dengan kategori sangat pendek, antara 1-5 hari. Lokasinya tersebar di berbagai daerah namun yang terbanyak di pantura, dari Bekasi hingga Cirebon. Adapun 4 persen daerah, mayoritas di Indramayu, mengalami hari tanpa hujan berkisar 6-10 hari.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, menyebutkan sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan awan dan hhujan di sebagian wilayah Jawa Barat, selama sepekan ini. Suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia yang relatif hangat mengindikasikan potensi suplai uap air ke wilayah Jawa Barat. Gelombang Kelvin dan Gelombang Rossby Ekuator diprakirakan aktif di sekitar utara dan selatan Pulau Jawa.
“Bibit siklon 91S masih terpantau di tenggara Samudra Hindia barat daya Lampung,” katanya melalui keterangan tertulis pada 10 Maret lalu.
Sirkulasi siklonik diprakirakan masih berpotensi terbentuk di sekitar Selat Karimata hingga Laut Jawa, juga di sepanjang Samudra Hindia bagian barat, tenggara, dan selatan Pulau Jawa hingga Australia bagian utara.
Meurut dia, kondisi itu dapat membentuk area pertemuan dan belokan angin di sekitar wilayah Jawa Barat. “Labilitas atmosfer secara umum berada pada kategori labil sedang hingga kuat,” kata Rakhmat.
BMKG mengimbau masyarakat agar waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologis atau cuaca esktrem. Imbauan itu diutamakan ketika terjadi pemanasan yang kuat antara pukul 10.00-14.00 WIB. Cuaca ekstrem umumnya ditandai dengan awan yang berwarna gelap dan menjulang tinggi seperti kembang kol atau awan Cumulonimbus.
Pilihan Editor: Cuaca Buruk, ASDP Kupang Tutup Seluruh Rute Penyeberangan di NTT