TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan yang terbentuk di era digital saat ini adalah menggunakan ponsel dengan waktu yang lama. Teknologi telah memberikan dampak yang sangat besar pada otak dan mungkin mempengaruhi cara kerja otak. Mulai dari memperpendek rentang perhatian dan mengurangi kemampuan kita untuk fokus secara mendalam, serta meningkatkan tingkat stres di luar kendali.
Fenomena ini dinamakan popcorn brain atau otak popcorn. Dilansir dari Antara, istilah otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn. Pikiran yang tersebar itu mengganggu fokus dan konsentrasi, sehingga menyebabkan berkurangnya produktivitas dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Dikutip dari Medical Daily, kondisi ini biasanya berkaitan dengan durasi seseorang menggunakan media sosial. Studi menunjukkan bahwa rentang perhatian masyarakat telah menurun secara signifikan selama beberapa dekade terakhir karena penggunaan internet dan perangkat digital yang berlebihan.
Penggunaan perangkat digital dengan berlebihan dan pola kehidupan modern yang cepat bisa membebani otak. Ini diperparah dengan kurangnya waktu istirahat dan tidur.
“Waktu di depan layar yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan otak yang sehat pada anak-anak dan remaja dalam aspek perhatian, perkembangan bahasa, dan keterampilan fungsi eksekutif mereka,” kata konselor kesehatan mental dan pendiri Tampa Counseling Place, Natalie Rosado.
Selain berdampak pada kesehatan otak, penggunaan perangkat digital yang berlebihan dapat mengganggu pola tidur, yang dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan mental.
Ketika seseorang menggunakan ponsel sebelum tidur akan terpapar cahaya biru yang dipancarkan oleh layar yang menekan produksi melatonin, hormon yang bertanggung jawab untuk tidur. Sehingga hal ini dapat mengganggu pola tidur.
Selain itu paparan terus-menerus terhadap konten hidup yang ideal di media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, terutama di kalangan anak muda, sehingga meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Menghabiskan waktu online secara berlebihan dapat menggantikan interaksi tatap muka, yang mengarah pada perasaan kesepian dan keterpisahan dari hubungan kehidupan nyata.
Pilihan Editor: Saingan Twitter, Threads Jadi Aplikasi dengan Pertumbuhan Tercepat di Dunia