TEMPO.CO, Jakarta - Pengembang Sistem Informasi Rekapitulasi atau Sirekap Pemilu 2024 mengaku servernya dihantam serangan DDos pada hari pemungutan suara, 14 Februari 2024 lalu. Kondisi ini diduga menjadi pemicu lonjakan suara di beberapa TPS dan sempat terhentinya update data masuk ke Sirekap.
"Kita (server) dihantam DDos sejak pagi (14 Februari 2024) dan baru bisa revive atau menghidupkan kembali sampai 18.30 WIB," kata Yudistira Dwi Wardhana Asnar saat sidang PHPU Pilpres di Gedung Mahkamah Konstitusi, Rabu, 3 Maret 2024.
Yudistira merupakan pengembang Sirekap dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia hadir di Sidang PHPU Pilpres keempat di Gedung Mahkamah Konstitusi hari ini. Dalam kesaksiannya menyebut bahwa Sirekap sempat kena serangan DDos atau distributed denial of service.
Sirekap memang telah menjadi polemik saat gelaran Pemilu 2024 berlangsung. Banyak ahli teknologi dan politik mengomentari ihwal peretasan dan kegagalan sistem yang terjadi di Sirekap.
Merujuk situs resmi Kaspersky, perusahaan global spesialis keamanan siber yang berbasis di Rusia, serangan DDoS diartikan sebagai serangan jaringan terdistribusi. Jenis serangan ini memanfaatkan batasan kapasitas spesifik yang berlaku pada sumber daya jaringan di situs web.
Cara kerjanya, dengan mengirimkan sebanyak mungkin permintaan ke sumber daya web yang ingin diserang. Semakin banyak web menerima permintaan atau akses masuk, maka server bakal terganggu dan tidak berfungsi dengan semestinya.
Sumber daya jaringan seperti server web maupun Sirekap, mempunyai batasan terhadap jumlah permintaan yang bisa dilayani dalam waktu bersamaan. Momentum ini dijadikan pintu masuk untuk menyerang supaya server atau situs tidak bisa berfungsi dan kehilangan akses.
Tindakan lain yang bisa dilakukan peretas, dengan memasang jaringan zombie atau rahasia di komputer maupun server yang sudah terinfeksi virus. Kaspersky menyebut langkah ini sangat efektif sebab penjahat dunia maya bisa memiliki kendali lebih atas server dan membebani sumber daya web korban.
Pilihan Editor: Vivo dan Xiaomi Berinovasi di Jaringan 5.5G, Kecepatannya Diklaim Mampu 5132Mbps