TEMPO.CO, Jakarta - Pengamatan hilal penanda 1 Syawal oleh tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung terhalang kondisi cuaca. Astronom dan organisasi massa memantau posisi bulan sabit dari Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, pada Selasa, 9 April 2024, untuk menentukan hari pertama Lebaran 1445 Hijriah.
“Hilal tidak teramati karena tertutup awan,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, yang memimpin tim pengamatan.
Secara perhitungan atau hisab, bulan sabit penanda bulan baru sebelumnya sangat meyakinkan untuk diamati. Menurut data astronomi yang dipegang tim pengamat BMKG, waktu terbenam matahari tercatat pada pukul 17:50:36 WIB. Sedangkan bulan tenggelam pada pukul 18:19:34 WIB.
Azimuth matahari tercatat pada 277° 48' 51''. Sedangkan azimuth bulan 283° 35' 51" dengan ketinggian 5° 54' 54''. Dalam data BMKG, bulan berumur 16 jam 29 menit 49 detik dengan elongasi 8° 53' 26''.
“Posisi bulan di sebelah utara, atas matahari, dengan fraksi iluminasi bulan 0,60 persen,” ujar Rahayu.
Menurut Rahayu, hilal diamati mulai pukul 15.30 hingga selesai. Tim menggunakan teleskop atau teropong terkomputerisasi yang dipadukan dengan teknologi informasi. Data yang diperoleh langsung dikirim ke server BMKG Pusat, kemudian disimpan dan disebarluaskan secara daring.
Setelah diamati langsung, ternyata cuaca di lokasi pemantauan Lembang itu berawan tebal. Sehari sebelumnya atau Senin, 8 April 2024, BMKG memperkirakan cuaca Lembang cerah berawan, namun berpotensi hujan sedang mulai siang hari.
“Sehingga hilal berpotensi tidak dapat teramati,” kata Rahayu.
Meski tidak teramati dari Observatorium Bosscha. Sidang isbat Kementerian Agama pada Selasa sore memutuskan 1 Syawal 1445 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Pilihan Editor: Lebaran Dirundung Hujan di Sumatera Selatan, BMKG Imbau Potensi Banjir