TEMPO.CO, Jakarta - Letak kedua negara yang terpisah lebih dari 600 mil (965 kilometer) tak menghalangi permusuhan Iran dan Israel. Konflik yang disertai kekerasan terjaga sejak era Revolusi Iran.
Sejak itu Iran mempersenjatai dan melatih banyak faksi untuk memerangi Israel dan merancang sabotase dan serangan terorisme. Sementara Israel antara lain telah mengebom pasukan Iran di Suriah dan membunuh ilmuwan nuklirnya.
Hingga pada 1 April 2024, sebuah serangan udara Israel meledakkan konsulat di sebelah gedung kedutaan besar Iran di Suriah, menewaskan 8 perwira Korps Garda Revolusi Iran, termasuk di antaranya 2 jenderal. Pemimpin Iran menegaskan kalau Israel telah berlaku terlalu jauh--dan bersumpah membalasnya dalam operasi serangan langsung ke negara itu.
Dua hari sebelum sumpah itu dipenuhi pada Sabtu dinihari 13 April 2024, Iran memperingatkan para diplomat Arab Saudi, Irak, dan Uni Emirat Arab akan ada serangan besar yang akan terbang melintasi ruang udara negara mereka. Peringatan dini itu dipastikan sampai juga ke telinga AS dan Israel.
Analisa yang ada menyatakan apa yang disampaikan Iran tersebut memberi Amerika Serikat dan sekutu Israel lainnya waktu untuk mengerahkan tambahan kekuatan untuk pertahanan udara Israel. Beberapa jam sebelum serangan itu, Tel Aviv juga sempat melarang seluruh personel militernya meninggalkan tugas, menutup ruang udara nasional, dan melumpuhkan akses GPS untuk mencegah digunakan untuk kebutuhan bidikan rudal dan drone Iran.
Peta serangan langsung Iran ke Israel pada 13 April 2024. X.com/@Iej
Hasilnya, Israel mengklaim mampu mematahkan 99 persen dari serangan 170 drone kamikaze, 120 rudal balistik supersonik, dan 30 rudal jelajah subsonik yang di-orkestrasi oleh Iran pada dinihari waktu setempat tersebut. Ada juga indikasi kalau cukup banyak jumlah rudal Iran yang gagal saat peluncuran atau jatuh saat masih berada di ruang udara negaranya atau Irak atau Yordania.
Baca halaman berikutnya: Pertempuran yang terjadi serta siapa dan apa saja yang terlibat