TEMPO.CO, Jakarta - Dua tahun pertama perang Rusia di Ukraina ditaksir telah dan akan menyebabkan emisi gas rumah kaca sebesar ekuivalen 175 ton karbon dioksida. Tambahan pemanasan global dari emisi itu bakal menyumbang kepada cuaca ekstrem yang dampaknya senilai 32 miliar dolar Amerika Serikat atau lebih dari 523 triliun rupiah.
Ukraina berniat menambahkan biaya bencana iklim dampak perang invasi Rusia ke wilayahnya tersebut ke dalam daftar kehancuran yang harus dipertanggungjawabkan oleh Moskow, dan dimintakan kompensasinya. "Ini akan menjadi sebuah dasar yang penting dalam kasus pembangunan kembali yang sedang kami tuntut ke Rusia," kata Menteri Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina, Ruslan Strilets, dalam pernyataannya.
Lennard de Klerk dari Initiative on Greenhouse Gas Accounting of War menerangkan, emisi karbon menyumbang kepada terjadinya perubahan iklim yang kemudian mendorong terjadinya cuaca ekstrem. "Kerusakan sebagai dampak dari cuaca ekstrem ini yang akan menimpa perekonomian dan masyarakat," katanya.
Initiative on Greenhouse Gas Accounting of War baru saja merilis analisis keempatnya tentang dampak perang Rusia di Ukraina, mencakup periode kajian Februari 2022 sampai Februari 2024. Menurut mereka, rekonstruksi atau pembangunan kembali gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur lain yang hancur dibom menjadi satu sumber emisi gas rumah kaca terbesar nantinya.
Initiative memperhitungkan besarnya hampir sepertiga dari estimasi emisi 175 megaton ekuivalen karbon dioksida di atas. Sepertiga yang lain adalah dampak langsung dari pertempuran, dengan penggunaan bahan bakar menjadi bagian terbesar di bagian ini.
Tim penyelamat mengevakuasi jenazah seorang bocah lelaki berusia 10 tahun, Tymofii dari puing-puing di lokasi bangunan tempat tinggal yang rusak akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Kharkiv, Ukraina 6 Oktober 2023. REUTERS /Vitalii Hnidyi
Sekitar 14 persen dari total emisi datang dari transportasi pesawat udara yang harus mengubah rute menghindari wilayah Rusia dan Ukraina. Sebagai ilustrasi, penerbangan dari Tokyo ke London kini harus memutar ke Kanada ketimbang terbang di atas Rusia, menyebabkan jam terbang melar 11-15 jam.
Sekitar 13 persen emisi lainnya berasal dari meningkatnya kejadian kebakaran, seperti yang terekam oleh satelit. Ini tidak hanya kebakaran yang dikarenakan persenjataan, tapi juga yang disebabkan hilangnya manajemen kebakaran di wilayah-wilayah pendudukan.
Lennard de Klerk dan timnya mengakui ada ketidakpastian yang sangat besar dalam angka-angka yang dihasilkannya. Alasannya, tidak adanya angka-angka resmi sebagai rujukan dalam kebanyakan kasusnya. Sebaliknya, de Klerk dkk harus mencari kajian-kajian dari sumber terbuka atau rujukan angka-angka dari aneka konflik atau perang sebelumnya.
Ada juga pertanyaan tentang seberapa jauh analisis efek perang yang bisa dilakukan. "Tapi kami berusaha se-komprehensif mungkin," kata de Klerk sambil menambahkan, "Pada waktu yang sama, memang ada batasan-batasan, beberapa efek mungkin terlalu jauh atau terlalu sulit untuk dikuantifikasi."
Adapun memperkirakan ongkos sosial dari emisi karbon yang dihasilkan perang adalah hal yang berbeda lagi. Menurut de Klerk, ilmu untuk monetasi kerusakan di masa depan masih terus berkembang. Perkiraan 32 miliar dolar di atas disebutnya berbasis studi 2022 yang menempatkan ongkos sosial emisi karbona sekitar 185 dolar per ton C02.
Jika nilai kerugian itu--yang terus bertambah setiap harinya--dibayarkan, de Klerk menyarankan sebagian harus diberikan kepada Ukraina untuk diarahkan kepada upaya-upaya seperti memulihkan hutan-hutan. "Untuk membantu menangkap lagi sebagian karbon."
Sebagia lainnya, kata dia, harus diberikan kepada negara-negara yang terdampak paling keras oleh pemanasan global, bisa melalui sistem eksisting yang disebut Green Climate Fund. Namun de Klerk mengaku menyadari ke mana aliran uang itu akan lebih ditentukan oleh keputusan politis.
Selama beberapa dekade, negara-negara pulau dan berpendapatan rendah berjuang untuk menetapkan prinsip bahw negara-negara pendapatan tinggi, beremisi tinggi, harus membayar kerugian dan kerusakan yang disebabkan emisi gas rumah kaca mereka. Dana kerusakan dan kerugian itu disepakati pada tahun lalu sebagai bagian dari perjanjian iklim internasional.
NEW SCIENTIST
Pilihan Editor: PPDB Jalur Zonasi, Begini Cara Ukur Jarak Rumah ke Sekolah