TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengkaji data dari Komisi Eropa sebagai badan eksekutif Uni Eropa yang menyatakan volume emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia sebesar 1,24 Gt setara CO2e atau sekitar 2,3 persen dari total emisi global pada 2022.
Data tersebut dilaporkan Komisi Eropa EC) dalam GHG Emissions of All World Countries 2023. Dalam laporan itu juga disebut peningkatan emisi GRK Indonesia mencapai 10 persen pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kami harus tahu metodologi apa yang digunakannya (EC) sehingga dikatakan berkontribusi 2,3 persen, dan akan disandingkan dengan data dan metodologi yang kami lakukan," kata Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Laksmi Dhewanthi kepada wartawan di Jambi, Kamis, 19 Juli 2024, seperti dilansir Antara.
Laksmi menjelaskan, Indonesia bukan penyumbang emisi terbesar. Hal ini dibuktikan dengan emisi per kapita Indonesia yang jauh lebih kecil dibandingkan negara maju sehingga data Komisi Eropa itu tidak sepenuhnya akurat.
Emisi GRK Indonesia, kata Laksmi, terus ditekan dan mengalami pengurangan dalam lima sektor, yaitu energi, limbah, proses industri dan penggunaan produk (IPPU), agrikultur, dan FOLU (forest and other land use).
Menurut Laksmi, KLHK mencatat pengurangan emisi Indonesia mencapai 47,3 persen pada 2020, 43,8 persen pada 2021, dan 41,6 persen pada 2022 dibandingkan dengan baseline tahunan. Target NDC (Nationally Determined Contribution) Indonesia sebesar 43,2 persen dengan dukungan internasional dan 31,89 persen dengan usaha sendiri.
Laksmi mengatakan, untuk data GRK tahun 2023 masih dalam proses verifikasi. Dalam waktu dekat datanya segera dipublikasikan. KHLK menyakini hasilnya akan berbanding lurus dengan capaian penurunan emisi tahun sebelumnya.
"Intervensi juga terus dilakukan termuat dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan program yang ada, misalnya transisi energi ke yang lebih berkelanjutan, termasuk penghentian dini PLTU, penguatan sektor kehutanan demi meningkatkan serapan karbon, dan pengendalian sampah penghasil gas metana," ujar Laksmi.
Pilihan Editor: Mitigasi Perubahan Iklim Global, BMKG Resmikan Tower Pemantau Gas Rumah Kaca di Jambi