TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung mencatat 34 kali gempa susulan pasca lindu bermagnitudo 4,9 di Kabupaten Bandung dan Garut, Jawa Barat pada Rabu, 18 September lalu. Gempa susulan selama lima hari terakhir, merujuk catatan hingga pukul 11.00 WIB tadi, Ahad, 22 September 2024, memiliki magnitudo 1,2 hingga 3,8.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan gempa susulan sudah meluruh, dan jarak antar insidennya semakin lama. “Namun potensi gempa susulan masih bisa saja terjadi,” katanya di Bandung, Ahad siang, dilansir dari Antara.
Rahayu mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang kebenarannya belum jelas. Dia meminta masyarakat tidak mempercayai pesan berantai yang meresahkan karena membahas gempa lebih besar. Informasi valid hanya datang dari BMKG.
“Kalau ada yang menginformasikan akan terjadi gempa, maka itu dipastikan tidak benar. Gempa tidak bisa diprediksi," ucap dia.
Dia juga meminta pengungsi memeriksa kondisi hunian ketika kembali ke rumah. “Periksa kerusakan bangunannya, terutama di struktur bangunan.”
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto sudah menginstruksikan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam masa tanggap darurat. “Prioritaskan pada rumah rusak berat milik warga yang masih di pengungsian,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat, 20 September 2024.
Pemerintah juga menyiapkan skema bantuan dana tunggu hunian (DTH) untuk keluarga yang terdampak gempa M4,9 tersebut. Dana tunggu ini sebesar Rp 500 ribu per keluarga selama 6 bulan. Dana ini dapat dimanfaatkan keluarga terdampak untuk menyewa hunian sementara, atau juga untuk meringankan beban kerabat yang rumahnya ditumpangi.
Pilihan Editor: Peneliti IPB Yakin Proyek Cetak Sawah dan Tebu di Merauke akan Gagal