Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Tumbuhan Indigofera, Alternatif Biomassa yang Ramah Lingkungan dan Punya NIlai Jual

image-gnews
Tanaman indigofera adalah salah satu tanaman yang memiliki protein kasar biomassa yang tinggi, di Desa Gimbang, Gunung Kidul, Yogyakarta, 24 Desember 2023. Sehingga indigofera bisa di manfaatkan residunya atau serbuk kayunya menjadi menjadi sumber energi terbarukan, dan mendukung program co-fairing biomassa bagi pembangkit listrik milik PLN. Tempo/Jati Mahatmaji
Tanaman indigofera adalah salah satu tanaman yang memiliki protein kasar biomassa yang tinggi, di Desa Gimbang, Gunung Kidul, Yogyakarta, 24 Desember 2023. Sehingga indigofera bisa di manfaatkan residunya atau serbuk kayunya menjadi menjadi sumber energi terbarukan, dan mendukung program co-fairing biomassa bagi pembangkit listrik milik PLN. Tempo/Jati Mahatmaji
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Program mengganti sebagian batu bara dengan biomassa di pembangkit listrik (co-firing) dinilai sangat potensial diterapkan di Indonesia, utamanya dengan batang pohon indigofera. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, program ini juga bisa memaksimalkan potensi lahan kering dengan menanam tanaman seperti indigofera. Tanaman ini tidak hanya bisa dijadikan bahan bakar, tetapi juga memiliki sejarah panjang sebagai pewarna alami di Indonesia.

Dikutip dari Antara,PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mendukung penggunaan energi bersih dengan memberdayakan masyarakat di Desa Bojongkapol Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Masyarakat diberdayakan dengan ikut memproduksi biomassa untuk memenuhi kebutuhan implementasi teknologi pencampuran bahan bakar (cofiring) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara di Tasikmalaya, Kamis, mengatakan pemberdayaan ini merupakan bagian dari upaya PLN mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi energi melalui pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar cofiring PLTU sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

“PT PLN EPI sebagai bagian dari PLN mempunyai program untuk menurunkan emisi dengan langkah konkret yaitu pemanfaatan biomassa ini sebagai substitusi batu bara di PLTU,” kata Iwan Agung Firstantara.

Dilansir dari dispertan.bantenprov.go, Tumbuhan indigofera sudah lama dikenal di Indonesia. Informasi yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Indigofera dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa sekitar tahun 1900, dan sekarang terus berkembang secara luas. Tanaman ini memiliki nama lain dalam bahasa jawa yang berbeda-beda di tiap daerah.  Ada yang menyebutnya sebagai Tarum, Nila, Indigo dan Tom.  Di Wilayah Jawa Barat tanaman yang dikenal dengan nama tarum ini sudah sejak lama digunakan sebagai pewarna kain,

Mengenal 3 Kelas Indigofera

Tanaman Indigofera terdiri dari banyak spesies, sekitar 700-an, yang tersebar di berbagai wilayah. Beberapa spesies yang paling sering dijumpai antara lain Indigofera spicata, Indigofera stragalina, Indigofera tinctoria, dan Indigofera natalensis. Setiap spesies memiliki keunikan tersendiri, tetapi umumnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak maupun sebagai bahan pewarna alami.

Selain spesiesnya yang beragam, Indigofera juga dibedakan berdasarkan kualitas panen dan kandungan nutrisinya. Pada Kualitas Pertama, tanaman ini hanya dipanen daunnya, yang memiliki kandungan protein paling tinggi yaitu 31 persen.

Daun ini dipanen setiap satu bulan dan ideal untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang memerlukan nutrisi tinggi. Kualitas Kedua melibatkan pengambilan daun serta batang kecil dari tanaman, dengan kandungan protein yang sedikit lebih rendah, yaitu sekitar 26-27 persen.

Jenis tersebut tetap memberikan manfaat yang signifikan sebagai pakan ternak. Kualitas Ketiga, yang dipanen setiap dua bulan, mencakup pemanenan daun dan batang, namun dengan kandungan protein yang lebih rendah, yaitu 20 persen. Meskipun kandungan proteinnya lebih rendah, kualitas ini tetap memiliki manfaat dalam skala produksi pakan yang lebih besar.

Manfaat dan Karakter Indigofera

Indigofera merupakan salah satu jenis leguminosa yang dikenal sebagai hijauan pakan ternak berkualitas tinggi. Pohon ini memiliki ukuran sedang, tetapi memiliki keunggulan berupa daun yang sangat lebat, sehingga mampu menghasilkan produksi daun dalam jumlah besar.

Selain kandungan nutrisinya yang melimpah, Indigofera juga memiliki kelebihan sebagai pakan ternak yang ekonomis. Tanaman ini dapat mengurangi biaya pakan ternak secara signifikan. Dari satu hektar lahan Indigofera, seorang peternak dapat menyediakan pakan untuk sekitar 10 ekor sapi, sementara jika hanya menggunakan rumput, satu hektar lahan biasanya hanya cukup untuk satu ekor sapi. Hal ini menunjukkan bahwa Indigofera sangat efisien dan jauh lebih produktif dibandingkan pakan hijauan lainnya.

Budidaya Indigofera
Karena manfaatnya yang beragam, semakin banyak orang tertarik untuk membudidayakan tanaman ini. Apalagi, tanaman indigofera atau nila dapat tumbuh di berbagai wilayah, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut.

Selama tanaman ini mendapatkan sinar matahari yang cukup, indigofera dapat tumbuh subur, berdaun lebat, dan menghasilkan bunga dalam jumlah banyak.

Untuk pembibitan, bisa dilakukan dengan menggunakan polybag berdiameter minimal 8 hingga 10 cm. Polybag tersebut diisi dengan campuran tanah subur dan pupuk kandang. Jika menggunakan bibit dari stek, bibit dapat langsung ditanam dalam polybag.

Jika memilih menggunakan biji untuk membudidayakan indigofera, pilih biji yang sudah tua dan rendam dalam air dingin selama 12 jam. Biji yang mengapung perlu dibuang karena kualitasnya kurang baik. Setiap polybag dapat diisi 4 hingga 5 biji.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

ANANDA RIDHO SULISTYA  | ANTARA 

Pilihan Editor: 6 Fakjta Menarik Tumbuhan Indifofera Bahan Biomassa Penyerap Polutan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Fakta Menarik Tumbuhan Indigofera, Bahan Biomassa Penyerap Polutan

4 jam lalu

Deretan pepohonan tanaman indigofera yang ditanam PLN, Pengprov Yogyakarta, dan warga masyarakat di Desa Gombang, Gunung Kidul, Yogyakarta, 24 Desember 2023. Indogofera yang tahan terhadap lahan tandus dan kering, juga merupakan sumber energi terbarukan pengganti batu bara bagi PLTU PLN guna mendukung Net Zero Emission berbasis keterlibatan masyarakat. Tempo/Jati Mahatmaji
6 Fakta Menarik Tumbuhan Indigofera, Bahan Biomassa Penyerap Polutan

Tanaman indigofera digunakan sebagai alternatif biomassa yang lebih ramah lingkungan, berikut fakta-fakta unik indigofera


Aset PLN Tembus Rp 1.691 Triliun

1 hari lalu

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo melakukan pengecekan SPKLU ultra fast charging di rest area km 626B Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Dok. PLN
Aset PLN Tembus Rp 1.691 Triliun

Aset PLN mengalami peningkatan. Saat ini nilai aset perusahaan listrik pelat merah itu mencapai Rp 1.691 triliun.


Alasan Work From Anywhere Makin Digandrungi Gen Z

1 hari lalu

Ilustrasi wanita bekerja di rumah. shutterstock.com
Alasan Work From Anywhere Makin Digandrungi Gen Z

Ada beragam alasan work from anywhere semakin digandrungi, mulai dari aspek kesehatan mental hingga aspek lingkungan.


Target Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Peta Jalan Gedung Hijau yang Dibuat Pemerintah

2 hari lalu

Pekerja melakukan perawatan rutin pada panel surya di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Selasa 5 Maret 2024. Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebesar 358 juta ton CO2 pada 2030 dan bebas emisi karbon di tahun 2060. Knight Frank Indonesia mencatat sepanjang 2023, luas gedung perkantoran hijau di Jakarta mencapai 1 juta meter persegi (m) atau bertambah 15% setahun. TEMPO/Tony Hartawan
Target Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Peta Jalan Gedung Hijau yang Dibuat Pemerintah

Penurunan emisi gas rumah kaca di subsektor bangunan gedung di Tanah Air ditarget mencapai 36 juta ton CO2 hingga 2030.


Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

2 hari lalu

Foto udara permukiman suku Polahi yang berada di tengah hutan dan perbukitan Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Kamis 21 Maret 2019. Departemen Sosial di tingkat Kabupaten Gorontalo mengidentifikasi masyarakat Polahi dengan Kelompok 9, Kelompok 18, Kelompok 21, Kelompok 70, dan sebagainya, berdasarkan jumlah anggota kelompok dalam satu kampung. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

Pengerjaan proyek produksi wood pellet di Gorontalo ini dilakukan setelah keluarnya Izin Pemanfaatan Hutan Hak dari KLHK.


Usai Jokowi Resmikan Smelter Freeport, PLN Siapkan Pasokan Listrik

3 hari lalu

Presiden Jokowi meresmikan Produksi Smelter PT Freeport Indonesia, Gresik, Jawa Timur, 23 September 2024. Foto tangkap layar Sekretariat Presiden
Usai Jokowi Resmikan Smelter Freeport, PLN Siapkan Pasokan Listrik

PLN menyiapkan pasokan listrik untuk smelter Freeport yang baru diresmikan Presiden Jokowi.


Bahlil Sebut ke Depan Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel Dunia, Ini Sebabnya

3 hari lalu

Operator dump truck menuangkan slag atau limbah nikel di tempat penampungan khusus Bahan Berbhaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat 2 Agustus 2024. Sejak 2018, PT Vale telah mendapatkan Izin Pemanfaatan Limbah B3 dan hingga saat ini limbah nikel yang jumlahnya mencapai 4,6 juta ton per tahun tersebut telah dimanfaatkan untuk material konstruksi jalan dan lapisan atas jalan khusus tambang. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Bahlil Sebut ke Depan Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel Dunia, Ini Sebabnya

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia sudah sepantasnya jadi penentu harga nikel, batu bara dan timah karena merupakan produsen utamanya


LamiPak Kenalkan Kemasan Aseptik Ramah Lingkungan

5 hari lalu

Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Indonesia Ali Jamil saat mengunjungi stan LamiPak Indonesia. Dok. LamiPak
LamiPak Kenalkan Kemasan Aseptik Ramah Lingkungan

PT Lami Packaging Indonesia (LamiPak Indonesia) memperkenalkan produk kemasan aseptik ramah lingkungannya di Pameran Propak berskala internasional


PT Adaro Energy Indonesia Buka Lowongan Kerja di 5 Posisi, Cek Syarat dan Ketentuannya

6 hari lalu

PT Adaro Energy Tbk (Adaro).
PT Adaro Energy Indonesia Buka Lowongan Kerja di 5 Posisi, Cek Syarat dan Ketentuannya

PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) buka lowongan kerja di 5 posisi ini. Terbuka untuk fresh graduate.


Tambang Batu Bara di Iran Meledak karena Gas Metana, 51 Orang Tewas

6 hari lalu

Para pelayat mengibarkan bendera Iran saat menghadiri pemakaman para korban kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dan lainnya, di Teheran, Iran, 22 Mei 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Tambang Batu Bara di Iran Meledak karena Gas Metana, 51 Orang Tewas

Ledakan tambang batu bara di Iran karena gas metana menyebabkan banyak korban jiwa.