TEMPO.CO, Jakarta - Museum Nasional Indonesia resmi dibuka kembali pada Jumat, 10 Oktober 2024. Penanggung Jawab Unit Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi, mengatakan museum ini akan bertransformasi secara bertahap selama tiga tahun ke depan. Perubahan itu cenderung berupa digitalisasi manajemen koleksi serta cara baru dalam penyajian karya.
“Mencakup penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif, seperti penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tours,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat, 10 Oktober 2024.
Museum yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat ini lama ditutup akibat kebakaran pada 16 September 2023. Selama setahun terakhir, pengelola menggencarkan revitalisasi dan penyelamatan koleksi. Museum Nasional Indonesia resmi dibuka kembali oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, pada 10 Oktober 2024, namun baru bisa dikunjungi publik pada 15 Oktober nanti.
Salah satu ruang pamer yang mengadaptasi teknologi adalah ruangan ImersifA. Melalui teknologi audio visual, pengelola musem memberikan pengalaman baru bagi pengunjung yang ingin mengenali sejarah dan budaya.
Wanita yang akrab disapa Chandra itu memastikan pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang interaktif. Format ini memberikan imajinasi, seolah pengunjung bisa kembali dan mendapat narasi sejarah dengan cara baru.
Museum Nasional tengah menyajikan dua pameran temporer, yaitu Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: 'Menabuh Nekara, Menyiram Api', serta Pameran Repatriasi: 'Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara'. Keduanya bisa disaksikan hingga 31 Desember 2024
Chandra juga menyinggung soal kembalinya koleksi hasil repatriasi. “Termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini (Oktober 2024),” katanya.
Pengelola menawarkan beragam rangkaian tata pamer dan kuratorial baru, pameran temporer dan program publik lainnya. Salah satu kegiatan publiknya adalah instalasi video mapping pada facade Gedung A Museum Nasional Indonesia.
Sebagai upaya revitalisasi yang berkelanjutan, Museum Nasional menggandeng berbagai pemangku kepentingan, mulai dari ahli kurator, ahli cagar budaya, komunitas budaya, lembaga internasional, ahli sejarah, arsitek, dan tokoh nasional. Semuanya berkontribusi dalam perancangan dan eksekusi ide baru.
Pelaksana tugas Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra, mengatakan revitalisasi ini mengadopsi konsep reimajinasi warisan budaya. Konsep ini menjadi pendekatan dan upaya inovasi supaya pengunjung bisa melihat dan berinteraksi di dalam museum. Kesan musem yang tradisional kini menjadi lebih modern dan dinamis.
Hingga tiga tahun mendatang, Ahmad berharap Museum Indonesia bisa menjadi percontohan standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional. “Serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik, juga sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan,” ucap Ahmad.
Pilihan Editor: Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta