TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat cuaca terik pada siang hari di beberapa daerah di Jawa Barat belakangan selalu disusul dengan hujan saat malam. Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat, Rakhmat Prasetia, mengatakan ciri-ciri pancaroba atau peralihan musim itu masih terdeteksi pada pekan ini, merujuk prediksi cuaca BMKG untuk periode 21-25 Oktober 2024,
“Pola hujan yang biasa terjadi pada sore menjelang malam didahului oleh udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari,” katanya melalui keterangan tertulis, Ahad, 20 Oktober 2024.
Menurut dia, karakter hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat. Hujannya juga cenderung disertai petir dan angin kencang dalam durasi singkat.
Pada Senin, 21 Oktober 2024, potensi hujan sedang hingga lebat itu ada di Sumedang, Majalengka, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Garut, Pangandaran, Kuningan, Ciamis, Kota Banjar, Subang dan Indramayu. Sehari setelahnya atau pada 22 Oktober, BMKG juga mencatat peluang hujan di Kabupaten dan Kota Bogor, Cianjur, Purwakarta, Subang, Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Karawang, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, Garut, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang, Kuningan, Indramayu dan Kabupaten Cirebon.
Area yang mengalami cuaca tersebut pada Rabu, 23 Oktober nanti, mencakup area Bandung Raya, Subang, Purwakarta, Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Sumedang, dan Majalengka. Wilayahnya masih tak jauh berbeda pada 24 Oktober, meliputi Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Kabupaten Bandung Barat, Sumedang, Majalengka dan Indramayu.
Hujan lebat diprakirakan hanya mengguyur Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi dan Kabupaten Bogor pada Jumat, 25 Oktober 2024. Adapun dua hari berikutnya, atau pada akhir pekan nanti, BMKG tidak mendeteksi potensi hujan di Jawa Barat.
Tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumnya, kemunculan awan hujan masih dipengaruhi suhu muka laut di sebagian perairan Indonesia masih relatif hangat. Ada juga faktor pertemuan angin dan konvergensi (perlambatan kecepatan angin) di sebagian wilayah Jawa Barat.
“Labilitas atmosfer lokal yang ringan hingga kuat mendukung proses konvektif pada skala lokal, terutama pada siang hingga malam hari,” tutur Rakhmat.
Pilihan Editor: Fitur Lengkap Maung Garuda Indonesia-1, Limousine Pindad yang Antar Prabowo ke Istana Negara