Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Pergeseran Sungai Atmosfer Jadi Ancaman Baru bagi Iklim Global

image-gnews
Ilustrasi atmosfer WASP-17b yang kaya akan silikat. (Kredit gambar: NASA, ESA, CSA, Ralf Crawford (STScI))
Ilustrasi atmosfer WASP-17b yang kaya akan silikat. (Kredit gambar: NASA, ESA, CSA, Ralf Crawford (STScI))
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sungai atmosfer, jalur uap air sempit yang membawa hujan lebat dan badai, mengalami pergeseran signifikan menuju lintang yang lebih tinggi. Melansir Earth.com, pergeseran ini mengubah pola cuaca di seluruh dunia dan mempengaruhi iklim global secara serius. 

“Selama empat dekade terakhir, sungai atmosfer telah bergeser sekitar 6 hingga 10 derajat menuju kutub utara dan selatan, menciptakan perubahan yang berdampak besar di berbagai wilayah,” tulis Earth.com, dikutip Ahad, 20 Oktober 2024. 

Sungai atmosfer berperan penting dalam suplai air tahunan di daerah-daerah seperti California, Asia Tenggara, dan pesisir Spanyol serta Portugal. Di California, misalnya, sungai atmosfer dapat menyumbang hingga 50 persen dari curah hujan tahunan. 

Badai musim dingin dari sungai atmosfer ini dapat membawa cukup banyak hujan dan salju untuk mengakhiri kekeringan, seperti yang terjadi pada 2023. Namun, dengan pergeseran sungai atmosfer ke arah lintang yang lebih tinggi, wilayah seperti British Columbia dan Alaska kini menghadapi risiko banjir yang lebih tinggi, sementara daerah subtropis menghadapi kekeringan berkepanjangan dan kelangkaan air.

Pergeseran ini dikaitkan dengan pendinginan suhu permukaan laut di Pasifik tropis bagian timur sejak 2000, yang terkait dengan kondisi La Niña. Efek ini mendorong sungai atmosfer bergerak ke arah kutub, mengakibatkan peningkatan curah hujan di daerah lintang tinggi dan berpotensi mempercepat pencairan es laut di Arktik. Pencairan es ini berpotensi memperburuk pemanasan global dan mengubah ekosistem kutub secara drastis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain berdampak pada manusia, pergeseran sungai atmosfer juga mempengaruhi ekosistem dan satwa liar. Di daerah yang lebih utara, curah hujan yang lebih tinggi dapat mengubah pertumbuhan tanaman dan mengganggu keseimbangan alami, serta mengancam spesies seperti burung migran yang bergantung pada habitat stabil. Di sisi lain, wilayah subtropis yang semakin jarang mendapatkan curah hujan mungkin menghadapi kekeringan yang lebih panjang, meningkatkan risiko kebakaran hutan dan mengancam keanekaragaman hayati, termasuk habitat perairan.

Para ilmuwan di Universitas California, Santa Barbara, termasuk Qinghua Ding, terus mempelajari fenomena ini untuk meningkatkan prediksi terkait perubahan iklim, pasokan air, dan curah hujan di masa depan. Mereka juga memperingatkan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang menyebabkan atmosfer mampu menampung lebih banyak uap air, turut memperparah frekuensi dan intensitas sungai atmosfer ini.

Untuk menghadapi perubahan ini, diperlukan upaya konservasi yang disesuaikan agar ekosistem dapat bertahan dari perubahan pola cuaca dan iklim. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Science Advances. Laporan Earth.com menyebut, penelitian lebih lanjut sangat penting untuk memahami dampak pergeseran ini terhadap iklim global dan untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif.

Pilihan Editor: Bahasa Daerah Terancam Punah, BRIN Kembangkan Model Subtitle Video

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

4 hari lalu

Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Perubahan iklim dan pencemaran lingkungan meningkatkan kadar racun pada logam di laut. Terdistribusi juga melalui sampah plastik.


Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

7 hari lalu

Ilustrasi pria diet. Shutterstock
Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

Ilmuwan dari The Jackson Laboratory (JAX) mendapati bahwa pola makan yang lebih sedikit bisa menjaga kesehatan. Hasil penelitian dengan ribuan tikus.


Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

8 hari lalu

Truk tiga sumbu. Shutterstock
Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

Kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2.


Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

8 hari lalu

Ilustrasi hujan petir. skymetweather.com
Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

Topik tentang BMKG melaporkan potensi hujan ringan disertai petir di sejumlah kota besar menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Misteri Gempa Langit, Suara Ledakan Misterius di Berbagai Penjuru Dunia

8 hari lalu

Suara dentuman terdengar dari langit Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Kamis pagi 21 Mei 2020. Seperti dua sebelumnya, BMKG memastikan suara bukan dari petir maupun gempa. (Dok warga)
Misteri Gempa Langit, Suara Ledakan Misterius di Berbagai Penjuru Dunia

Fenomena gempa langit juga dilaporkan terjadi di Iran, Australia, Irlandia, Skotlandia, Jerman, dan banyak lokasi di sepanjang pantai timur Amerika.


Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

9 hari lalu

Seorang pengguna Facebook login melalui ponselnya di sebuah kafe di Hanoi, Vietnam 19 November 2020. [REUTERS / Kham]
Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

Dalam studi yang dipublikasikan Royal Society Open Science ini, ada plus minus dari pemanfaatan akun media sosial Facebook.


Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

10 hari lalu

Suasana lengang trotoar perkantoran kawasan Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengatakan, tidak ada surat edaran (SE) yang dikeluarkan tentang kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan swasta. Kemnaker menyerahkan aturan tersebut ke masing-masing perusahaan. Kewajiban bagi ASN itu hanya diberlakukan selama dua hari mengingat arus balik libur Lebaran, yakni Selasa-Rabu, 16-17 April 2024. TEMPO/Subekti.
Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

Studi University of British Columbia menemukan bahwa pejalan kaki punya risiko cidera lebih tinggi saat tidak fokus.


Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

10 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.


Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

14 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

Studi oleh peneliti dari Universitas Kyushu mengungkapkan soal pengurangan limbah plastik hingga 32 persen akan dirasakan pada 2050.


Studi: Konsumsi Kafein Dapat Menurunkan Risiko Demensia

22 hari lalu

Ilustrasi wanita minum kopi atau teh hangat. Freepik.com/Tirachardz
Studi: Konsumsi Kafein Dapat Menurunkan Risiko Demensia