TEMPO Interaktif, Jakarta - Qualcomm International dan lembaga penelitian untuk industri telekomunikasi, Pyramid Research, merilis sebuah buku putih tentang perkembangan teknologi 3G di negara-negara berkembang, khususnya di wilayah Asia Pasifik.
Salah satu temuan yang diungkap dalam buku putih berjudul "Emerging with 3G: Building for the Future" ini adalah, teknologi 3G akan menjadi standar baru jaringan nirkabel dipasar atau di negara berkembang. Dalam buku putih yang dikirim bersama siaran pers Qualcomm International dan Pyramid Research ini menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Perkembangan peraturan pemerintah di pasar atau negara berkembang, karena melihat pentingnya menyediakan cakupan broadband yang lebih besar dan fasilitas standar layanan suara serta pesan .
b. Peningkatan kinerja operasional.
Karena kebutuhan yang semakin tinggi terhadap infrastruktur 3G mendorong penurunan harga dan kemajuan teknologi desain, turut mendorong dihasilkannya BTS yang lebih kompak dan hemat energi, sehingga mengurangi biaya konsumsi listrik dan belanja lokasi.
c. Harga perangkat yang semakin murah.
Vendor-vendor Cina seperti Huawei dan ZTE mampu menghasilkan perangkat 3G dengan harga murah. Hal ini memacu vendor dunia terkemuka lainnya, seperti Nokia, untuk menjawab kompetisi tersebut.
Untuk pasar Indonesia, Qualcomm dan Pyramid Research memberi contoh penggunaan perangkat ponsel BlackBerry yang berkembang pesat di tanah air. Kecanggihan teknologi, kemudahan dan tren adalah faktor-faktor yang mendukung penjualan BlackBerry yang luar biasa ini.
Para pengguna BlackBerry bisa menikmati paket email, instant messaging, jejaring sosial dan internet dengan harga murah yang ditawarkan operator telepon. Saat ini, tiga operator besar di Indonesia telah meluncurkan layanan BlackBerry bagi para pelanggannya.
Selain teknologi 3G bakal menjadi standar baru jaringan nirkabel di negara berkembang, hasil penelitian tersebut juga mengungkap sejumlah temuan lain, misalnya terkait operator. Penelitian ini menemukan bahwa para operator awalnya menggelar layanan canggih 3G hanya untuk mendapatkan pelanggan dari kelas atas yang telah mapan. Kini, layanan yang sama digelar untuk segmen konsumen yang lebih luas.
"Emerging with 3G: Building for the Future" ini juga menemukan piramida konsumen paling bawah, yakni mereka dengan penghasilan rata-rata US$ 2-3 (Rp 20 ribu - 30 ribu) per harinya, adalah segmen konsumen terbesar di Asia Pasifik. Segmen ini kini memiliki pilihan yang lebih luas seiring meningkatnya jumlah pilihan aplikasi yang tersedia, dan semakin murahnya biaya komunikasi selular.
Dalam buku tersebut, Qualcomm International dan Pyramid Research juga mengungkap di negara berkembang, kebutuhan akan konten dan layanan lainnya masih belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan perkembangan infrastruktur dan jaringan distribusi, khususnya di daerah terpencil. Oleh karena itu, operator harus mengembangkan jaringan 3G miliknya untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan kapasitas yang lebih besar.
Dimas