TEMPO Interaktif, Berkeley - Bermain video game tak selamanya berdampak buruk bagi kesehatan. Riset terbaru menunjukkan, bermain video game dapat memperbaiki penglihatan mata orang dewasa yang mengalami lazy eye atau amblyopia.
Orang dewasa yang memiliki amblyopia mengalami peningkatan persepsi tiga dimensi (3D) pada penglihatan mereka setelah menghabiskan 40 jam bermain video game.
Baca Juga:
Amblyopia adalah gangguan otak yang menyebabkan penglihatan di salah satu mata tidak berkembang dengan seharusnya. Menurut National Eye Institute, ini adalah penyebab umum gangguan penglihatan permanen pada anak-anak, dan mempengaruhi dua hingga tiga anak dari 100 anak Amerika. Amblyopia juga penyebab gangguan penglihatan satu mata di antara pemuda dan orang dewasa usia pertengahan.
Meski amblyopia pada anak dapat diobati dengan menutup mata yang baik dan memaksa otak untuk menggunakan "lazy eye" yang lemah, orang dewasa yang mengalami penyakit ini hanya memiliki sedikit pilihan pengobatan.
"Penemuan ini sangat menjanjikan karena pada saat ini belum ada cara penanganan yang dapat diterima bagi orang dewasa penderita amblyopia," kata Dennis Levi, peneliti di University of California, Berkeley. "Banyak dokter mata yang angkat tangan jika menghadapi pasien di atas 8 tahun karena amblyopia diyakini hanya bisa 'disembuhkan' pada awal masa perkembangan korteks visual. Jika penyakit itu tak dikoreksi pada masa kanak-kanak, kerusakannya tak dapat diperbaiki."
Anggapan itu mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir ketika riset menemukan bahwa penglihatan penderita amblyopia dewasa masih dapat disembuhkan. Pelatihan intensif pada suatu tugas, seperti meluruskan dua garis horizontal, terkadang dapat meningkatkan ketajaman penglihatan 30-40 persen.
Para sukarelawan diminta bermain video game action, seperti Medal of Honor: Pacific Assault, selama 20 jam. Mereka juga diminta bermain video game non-action, semisal SimCity Societies. Selama bermain, mata yang "sehat" ditutup.
Kedua jenis game itu menghasilkan peningkatan penglihatan 30 persen. "Saya sangat terkejut terhadap temuan ini karena saya sama sekali tak menduga," kata Roger Li, pakar optometrist di University of California, Berkeley.
LIVESCIENCE | TJANDRA