Varietas padi Ciherang, kata Siswono, menghasilkan gabah kering giling 5,5 ton per hektare. Namun Cina menciptakan padi hasil modifikasi genetika yang sanggup menghasilkan 11 ton per hektare. Kedelai hasil modifikasi genetika yang digunakan Amerika Serikat juga menghasilkan 6-8 ton per hektare, sementara kedelai lokal hanya mampu memberikan 2 ton tiap hektare.
"Riset pangan sangat dibutuhkan untuk mendukung target pemerintah untuk kemandirian pangan sehingga masih jadi beban negara lain," ujarnya.
Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Akmadi Abbas mengatakan, dalam beberapa dasawarsa terakhir pangan telah menjadi isu besar di dunia. Lebih dari 800 juta orang kekurangan pangan, 500 juta di antaranya hidup di Asia.
Dalam beberapa tahun mendatang, masalah pangan akan semakin buruk. Pada pertengahan abad mendatang, populasi dunia diperkirakan mencapai 10 miliar orang, tapi produksi pangan hanya cukup untuk memberi makan 7 miliar orang.
"Bagaimana kita akan memberi makan 3 miliar orang sisanya," kata Akmadi saat membuka Simposium ASIAHORCs ke-5, mewakili Kepala LIPI Lukman Hakim. "Meski kita tak punya jawaban atas pertanyaan itu, saya amat yakin bahwa sains akan memainkan peran signifikan dalam menemukan solusi atas masalah ini."
Simposium ASIAHORCs ke-5 diikuti oleh peneliti dari sembilan negara Asia, seperti Cina, Korea Selatan, India, dan Jepang. Dalam kegiatan itu, para peneliti saling berbagi pengetahuan tentang terobosan inovatif dalam bidang pangan.
TJANDRA DEWI