Sejumlah hotel malah membuat terobosan. Hotel Grand Nikko, misalnya, menerapkan efisiensi listrik dan air. Ketut Sukanaka, 45, karyawan hotel di bagian binatu, bersama rekan-rekannya mengatur secara ketat penggunaan listrik dan air untuk kegiatan cuci-mencuci.
Ketika tingkat hunian hotel di bawah 50 persen, jadwal kerja dimodifikasi agar mesin-mesin cuci boros listrik tidak beroperasi pada saat beban puncak sistem kelistrikan di Bali. Itu artinya semua pekerjaan harus sudah rampung sebelum pukul 18.00-20.00. "Langkah ini bisa menghemat pengeluaran karena harga listrik pada jam itu lebih mahal dari jam biasa," katanya.
Sukanaka mempunyai jurus lain. Menurut pria yang kini dipercaya menjadi asisten laundry manager itu, sebelum dimasukkan ke mesin cuci, semua kain juga ditimbang hingga mencapai bobot 60 kilogram. Angka itu adalah kapasitas maksimal mesin cuci hotel.
Bukan hanya bagian binatu yang sibuk berbenah. Manajemen hotel juga bersepakat mengganjar penghematan energi dengan insentif. Masing-masing unit kerja bisa melihat laporan penghematan yang dicapai saban bulan. Semua informasi itu dipampang di kantin karyawan. Dengan begitu, para karyawan hotel bisa menghitung sendiri jumlah insentif yang diperoleh.
Wayan Sudiarsa, Kepala Bagian Engineering Grand Nikko, mengatakan hotel ini telah menabalkan diri sebagai hotel ramah lingkungan sejak 2009. Mereka mengikuti program Eco Hotel dari TUV Ireland, audit energi yang menghasilkan rekomendasi tentang langkah-langkah efisiensi. "Penerapannya dimulai dengan kampanye, pelatihan, dan peningkatan pemahaman para karyawan," kata dia.