Dilema Memangkas Emisi Karbon
Efisiensi energi hotel-hotel di Bali sebenarnya bisa berperan mengurangi emisi karbon. Data dari program Indonesia Clean Energy Development (ICED) yang dilansir USAID pada 2014 menunjukkan 61 persen kebutuhan energi listrik berasal dari pasokan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal seluruh pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar solar.
Untuk keperluan pembelian solar itu, anak perusahaan PT PLN, PT Indonesia Power (PIP), harus merogoh kocek tak kurang dari Rp 8 triliun per tahun. PIP menghabiskan 1,6 juta liter solar per hari untuk mengoperasikan tiga pembangkit di Pesanggaran, Gilimanuk, dan Pemaron dengan kapasitas total 640 megawatt.
Emisi karbon untuk memproduksi 1 megawatt listrik mencapai 3.271,99 ton. "Tahun lalu saja emisi total nyaris mencapai 1,3 juta ton," kata General Manager PIP, I.G.A. Subawa Putra. (Baca juga: Emisi Karbon Global Capai Rekor Terparah)
Sayangnya, kondisi ini belum disadari oleh semua pengelola hotel. Bagi PLN, harga listrik bagi hotel yang menyerap 44 persen pasokan dianggap masih terlalu murah bila dibanding harga kamar yang mereka jual. Bahkan setelah PLN menaikkan harga listrik sejak 1 Juli 2014 pada kisaran Rp 1.300 per kWh.