Tahap selanjutnya adalah memantau seluruh kebutuhan energi yang dipakai hotel. Konsumsi air, gas, dan listrik hotel bintang lima di Nusa Dua ini dicatat rapi dengan memasang meteran pada setiap outlet. Hasil pengukuran dijadikan dasar untuk pembuatan semacam indikator kinerja di tiap unit kerja. (Baca juga: Switch Asia Dorong Indonesia Hemat Energi)
Langkah berhemat dilanjutkan dengan penggantian peralatan hotel. Lampu koridor yang dulu berupa lampu biasa berdaya 40 watt diganti lampu plate berdaya 12 watt. Lampu halogen yang menyala 24 jam dan menelan daya 80 watt diremajakan dengan lampu LED berdaya 6 watt.
Untuk air panas, Sudiarsa mengubah set point 75 derajat menjadi 50 derajat Celcius. "Belum ada tamu yang komplain sejak setelan diganti pada 2010," kata dia. Langkah ini terbukti ampuh mengurangi penggunaan solar.
Baru satu tahun diterapkan, upaya itu sudah membuahkan hasil. Pada 2011, Grand Nikko sukses menghemat konsumsi listrik hingga 732.000 kWh, air 39 ribu meter kubik, dan solar 53 ribu liter. Perhitungan solar dengan harga Rp 10 ribu per liter saja setidaknya sudah menghemat hingga Rp 530 juta.
Efisiensi energi juga dilakukan oleh Hotel Melia Bali. Manajemen hotel bintang empat di Nusa Dua ini menghapus fasilitas bath-up di 120 dari 404 kamar. Menurut Chief Engineering Melia Bali, Putu Asmaranata, kebijakan itu menyesuaikan dengan tren tamu dari Eropa yang tidak telalu menuntut penyediaan bak mandi, sehingga lebih hemat air.