TEMPO.CO, Ithaca - Bunga bangkai raksasa akan kembali mekar di Amerika Serikat. Kali ini tumbuhan langka endemik Pulau Sumatera itu akan mekar di New York. Seperti namanya, mekarnya tanaman ini bakal menyebarkan bau seperti daging busuk.
Tanaman yang diberi nama Wee Stingky ini dikembangkan di sebuah rumah kaca di Cornell University. Pakar hortikultura di perguruan tinggi ini menyiapkan tanaman tersebut selama beberapa pekan. "Mekarnya dapat disaksikan secara online," tulis tim peneliti seperti dikutip dari Livescience, Rabu, 19 November 2014.
Tanaman yang biasa disebut titan arum (Amorphophallus titanum) ini diambil dari hutan hujan di Sumatera bagian tengah, Indonesia. Saat mekar, bau tanaman ini bisa sangat menyengat. Namun kelopaknya hanya bisa terbuka paling lama 48 jam.
Para ilmuwan Cornell mendapatkan bibit bunga ini pada 2002. Namun bunga ini tumbuh pertama kali sepuluh tahun setelahnya. Bulan lalu, tanaman yang pertumbuhannya cukup cepat ini menunjukkan bahwa dia siap untuk mekar kembali. Sampai kemarin, ukuran tanaman ini sudah mencapai 1,8 meter.
"Lapisan luar kelopaknya akan mengelupas sebelum mekar," tulis para ilmuwan dalam laman universitas. Meski begitu, sulit memprediksi kapan tepatnya si titan arum ini akan mekar. (Baca: Bunga Bangkai Mekar di Swiss.)
Selama dua tahun, para peneliti mencatat setidaknya dua kali tanaman ini mekar. Sebelumnya, bunga ini mekar pada 18 Maret 2012. Ketika itu tanaman ini mekar selama 48 jam. Lebih dari 10 ribu pengunjung berbondong-bondong ke rumah kaca untuk melihat si bunga raksasa ini mekar.
Mungkin bunga ini memang terlihat seperti bunga raksasa tunggal. Namun, secara teknis, struktur kelopak dan gagang bunga merupakan gabungan dari ribuan bunga kecil yang disebut koloni perbungaan.
Bau menyengat daging busuk yang dihasilkan bunga ini sebetulnya merupakan caranya untuk hidup. Bau ini memikat kumbang yang jadi santapannya. Gagang bunga memanas pada awal mekar. Proses tersebut membantu menyebarkan bau.
Mekar merupakan momen penting untuk para ilmuwan Cornell. Saat terbuka, peneliti akan dapat melihat lebih lanjut bagaimana suhu dan volatil bunga menyampaikan bau menyengat tersebut kepada para kumbang.
AMRI MAHBUB
Berita Lainnya:
Islah DPR, Pramono Anung Sindir Fadli Zon
Kenaikan Harga BBM, Begini Hitungan Faisal Basri
Fahri Hamzah Ingin DPR Tetap Berkelahi