Bhide mengatakan, tidak seperti anak-anak atau orang dewasa, otak remaja laki-laki sangat reaktif. Hasil pemindaian resonansi magnetik menggambarkan aktivitas pada limbik-bagian yang mengontrol emosi-meningkat pesat saat mereka menghadapi ancaman. Aktivitas pada limbik tetap tinggi, bahkan ketika mereka telah dinasihati agar tidak menanggapi ancaman itu. "Ini sangat berbeda dengan otak pria dewasa," ujarnya.
Dalam pengujian aktivitas otak lainnya, tim peneliti menemukan bahwa sebagian besar remaja laki-laki kebal terhadap ancaman hukuman. Namun mereka sangat peka terhadap kemungkinan meraup keuntungan besar dari berjudi. Temuan ini sekaligus mempertanyakan efektivitas hukuman.
Simak juga:
Muhaimin Iskandar Minta Kader PKB Belajar dari Mario Teguh
Malaysia Ajari Indonesia Tanggulangi Kebakaran Hutan
Yang tak kalah menarik adalah fakta bahwa terdapat molekul khas yang kurang aktif di dalam otak remaja laki-laki. Molekul ini diketahui penting dalam mengembangkan rasa takut terhadap situasi yang berbahaya. Hal serupa tidak dijumpai pada otak pria dewasa. Perbedaan neurokimia inilah yang mendasari perilaku kompleks pada remaja laki-laki.
"Penelitian kami menggambarkan dasar neurobiologis dari perilaku berisiko remaja," kata Bhide. Stres, perubahan hormonal, kompleksitas lingkungan psiko-sosial, dan tekanan psikis dari sesama remaja berperan terhadap munculnya perilaku berisiko.
SCIENCEDAILY | DEVELOPMENTAL NEUROSCIENCE | AMRI MAHBUB