Peneliti dari Australia, Britania Raya, Prancis, Jerman, beberapa negara di Amerika Selatan, Selandia Baru, dan Jepang telah mendokumentasikan sekitar 9.000 spesies laut. "Ada sekitar seribu spesies lagi yang menunggu diidentifikasi," ujar Stoddart.
Salah satu spesies yang ditemukan Stoddart dan koleganya adalah organisme mirip udang yang hidup di kedalaman 2,5 kilometer di bagian barat laut Antartika. 'Perairan Antartika itu tidak tandus. Di sana penuh nutrisi dan oksigen dalam kadar tinggi," tutur dia.
Ilmuwan pun belum banyak tahu tentang kehidupan bakteri di Samudra Selatan. Saking suburnya kehidupan di Samudra Selatan, satu tetes air laut di sana bisa mengandung 10 ribu spesies bakteri. "Jika aku memberimu satu tetes air laut selanjutnya, di dalamnya ada 10 ribu spesies bakteri lagi yang berbeda," ujar Stoddart. Tak ada yang tahu pasti berapa banyak spesies yang ada di Samudra Selatan. "Bahkan kita belum mengungkap seluruhnya apa yang ada di permukaan."
Samudra Selatan menjadi salah satu penjaga temperatur nyaman di bumi. Wilayah itu diperkirakan menyerap separuh emisi karbon buatan manusia dan sebagian besar kelebihan panas di bumi. Namun pola kerja lautan yang wilayahnya mencakup 30 persen samudra di bumi tersebut masih menjadi misteri. September lalu, 10 institusi yang dipimpin Universitas Princeton meluncurkan program riset Southern Ocean Carbon and Climate Observations and Modeling (SOCCOM) untuk Samudra Selatan berdana US$ 21 juta selama enam tahun.
Dalam program itu, peneliti menggunakan ratusan robot mengapung untuk membuat citra biogeokimia dan fisik lautan di wilayah Antartika. Direktur SOCCOM, Jorge Sarmineto, mengatakan Samudra Selatan menyimpan potensi besar. "Observasi Samudra Selatan masih jarang. Pemodelan sebelumnya juga masih belum cukup, padahal wilayah itu sangat penting bagi sistem karbon dan iklim bumi," kata Sarmiento.
ABC | PHYS.ORG | AMRI MAHBUB