TEMPO.CO, Los Angeles - Sumber gunung berapi mungkin jauh lebih dekat ketimbang dugaan selama ini. Dua ahli geofisika mematahkan teori lama tentang asal-usul gunung api di pertemuan lempeng tektonik. Menurut mereka, lapisan super-panas di bawah lempeng tektonik adalah sumber gunung api, bukan jauh di dalam inti bumi seperti yang diyakini para ilmuwan.
Dalam jurnal Science, Don L. Anderson, profesor emeritus di Seismological Laboratory di California Institute of Technology and Scott King serta ahli geofisika di College of Science di Virginia Tech, Amerika Serikat, menjelaskan cara lapisan yang tepat di bawah kerak bumi mungkin bertanggung jawab atas terjadinya erupsi vulkanis. Penemuan ini menantang anggapan lama bahwa gunung api muncul saat lempeng yang membentuk kerak bumi bergeser dan melepas panas.
Bukannya datang dari perut bumi, ternyata biang keladi terbentuknya gunung api berada dekat permukaan bumi, sekitar 80-200 kilometer, yaitu lapisan di atas mantel bumi yang disebut sebagai asthenosphere.
"Selama hampir 40 tahun ada perdebatan tentang teori bahwa gugus pulau vulkanis, semisal Hawaii, terbentuk oleh interaksi antara lempeng di permukaan dan aliran material panas yang naik dari perbatasan inti mantel sekitar 2.900 kilometer di bawah permukaan bumi," kata King.
"Studi kami menunjukkan bahwa lapisan panas di bawah lempeng mungkin menjelaskan asal-usul gunung api di pertemuan lempeng tanpa memerlukan saluran dari dalam perut bumi."
Selama ini, asthenosphere kerap dilihat sebagai sebuah struktur pasif yang memisahkan lempeng tektonik dari mantel bumi. Ketika lempeng tektonik bergerak beberapa sentimeter setiap tahun, perbatasan antara lempeng menimbulkan gempa bumi dan gunung api.
"Ketika bumi mendingin, lempeng tektonik tenggelam dan menggeser material hangat di bawahnya, sehingga naik," kata King.
VIRGINIA TECH | SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB