TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar), mengingatkan masyarakat untuk tidak mengamati gerhana matahari total yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 dengan mata telanjang.
"Paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif," kata Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono saat dikonfirmasi dari Padang, Jumat.
Menurut dia, retina mata tidak memiliki sensor sakit sehingga, saat menatap langsung, seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menyadari bahwa mata sedang berada dalam keadaan bahaya.
Kerusakan pada retina ini berupa penglihatan kabur yang dapat dialami selama beberapa jam sampai beberapa minggu, bahkan kerusakan permanen hingga kebutaan, ujarnya.
Karenanya, cara yang paling aman untuk mengamati gerhana matahari ialah menggunakan alat yang telah dilengkapi oleh filter khusus. "Kaca mata hitam biasa, film foto, film rontgen bukan alat yang aman digunakan untuk melihat matahari," katanya.
Cara lain, kata Rahmat, lewat fasilitas siaran langsung yang disediakan BMKG melalui jaringan Internet yang menayangkan peristiwa gerhana matahari total. "Masyarakat dapat mengamati detik-detik terjadinya gerhana matahari mulai pukul 6.30 WIB dengan mengakses situ http://media.bmkg.go.id/gmt," ujarnya.
Menurut dia, fasilitas siaran langsung disediakan agar masyarakat dapat melihat proses terjadinya gerhana tanpa harus melihat langsung ke arah matahari. "Kami akan melakukan pengamatan secara langsung di Muko Muko, Bengkulu, menggunakan teropong khusus pengamatan bulan dan matahari, infocus, dan layar," tuturnya.
Ia menyampaikan, gerhana matahari total merupakan kejadian langka dan hanya terjadi sekali dalam 350 tahun. Indonesia adalah satu-satunya wilayah daratan di dunia yang bisa menyaksikan gerhana kali ini, sementara wilayah lainnya adalah lautan Hindia dan Pasifik.
Gerhana matahari total akan melintasi 12 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Untuk Sumbar, ada dua daerah yang dilewati jalur gerhana matahari total, yaitu Desa Seai, Sikakap, Kepulauan Mentawai, dengan magnitudo gerhana sebesar 1,012 dan Silaut, Pesisir Selatan, dengan magnitudo sebesar 1,002.
Ia mengatakan, secara umum, puncak gerhana di Sumbar akan terjadi pada pukul 07.20 WIB dan gerhana akan berakhir pada pukul 08.27 WIB.
Durasi gerhana yang teramati di Sumbar rata-rata 2 jam 6 menit. Namun, dalam realisasinya, durasi gerhana yang akan teramati di setiap kota kurang dari waktu tersebut. Hal ini mengingat waktu kontak awal gerhana terjadi sebelum matahari terbit.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Asnawi Bahar mendorong pemerintah daerah, yang dilalui gerhana matahari total, menjadikan peristiwa tersebut sebagai momen menggelar acara pariwisata.
Apalagi peristiwa tersebut langka. Ini bisa jadi peluang pemerintah Kabupaten Mentawai dan Pesisir Selatan menggelar acara khusus agar wisatawan berkunjung menikmati gerhana matahari total, ucapnya.
ANTARA