TEMPO.CO, Sleman - Surono, tenaga ahli Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menyatakan keberadaan Gunung Merapi di empat kabupaten harus disyukuri, bukan ditakuti.
Menurut dia, gunung api itu justru menjadi berkah bagi masyarakat yang berada di sekitarnya. Manfaat alam melalui keberadaan gunung itu sangat terasa, dari tanaman, pasir, batu, hingga kawasan wisata.
Mbah Rono, sapaan akrab mantan Kepala Badan Geologi ini, mengatakan hal itu saat mengikuti acara Labuhan Merapi yang diadakan setiap tahun. Masyarakat lereng Merapi bisa menjadi contoh bagaimana bersyukur dan hidup harmoni di lingkungan dengan banyak risiko alam.
"Yang saya tahu, dengan Labuhan Merapi, masyarakat mencoba hidup harmoni. Saya masih sempatkan datang, tadi malam ikut menonton wayang. Masyarakat di sini berkumpul mensyukuri berkah Merapi," kata Mbah Rono, Senin, 9 Mei 2016.
Puncak acara Labuhan Gunung Merapi dilaksanakan Senin pagi, 9 Mei. Arak-arakan uborampe sesaji dimulai dari pendapa petilasan Mbah Maridjan menuju Pos 1 atau pelataran Srimanganti. Ratusan warga, wisatawan, relawan, dan tim SAR ikut proses ini.
Mbah Rono menambahkan, gunung api aktif Merapi memang mempunyai ancaman bencana yang besar, seperti erupsi yang terjadi pada 2010 silam. Namun letusan seperti itu tidak terjadi setiap tiga atau empat tahun. Sebab, untuk mengumpulkan kekuatan magma, diperlukan waktu yang sangat lama.
"Karena memerlukan waktu untuk mengisi energi. Sampai saat ini baru sekitar enam tahun. Merapi pasti menepati janji," ujarnya.
Labuhan Merapi dilaksanakan sejak Minggu, 8 Mei. Adapun puncaknya, Labuhan Alit, diselenggarakan hari ini. Uborampe diarak dan dipimpin oleh juru kunci, Mas Kliwon Suraksohargo, beserta abdi dalem Keraton Yogyakarta dan warga ke Pos I Srimanganti.
Juru kunci itu mengatakan, secara umum, Labuhan Merapi dilaksanakan setiap bulan Rajab. Puncak acaranya pada 30 Rajab. Doa-doa dipanjatkan dengan diawali dengan bacaan surat Al-Fatihah.
"Intinya berdoa memanjatkan rasa syukur warga lereng Merapi. Selain itu, memohon keselamatan dari mara bahaya kepada Allah," tutur juru kunci Merapi pengganti Mbah Maridjan tersebut.
M. SYAIFULLAH