TEMPO.CO, Jakarta - VMware, perusahaan perangkat lunak virtualisasi berbasis di Amerika Serikat, ingin produknya bisa dipakai oleh lebih banyak konsumen. Selama ini, produk perangkat lunak berbasis cloud dan virtualisasi mereka lebih banyak digunakan oleh konsumen berskala enterprise atau rekan bisnisnya.
Kini, perusahaan berbasis produk perangkat lunak ini ingin produk mereka juga dipahami oleh akademikus yang berfokus di bidang ilmu komputer. “Kami adalah perusahaan perangkat lunak yang memberi solusi virtualisasi,” kata Adi Rusli, Senior Director and Country Manager VMware Indonesia, pekan lalu.
Menurut Adi, penetrasi pasar Indonesia untuk virtualisasi, cloud, mobile, dan big data masih rendah. “Kesempatan berbisnis masih terbuka lebar,” ujarnya. Untuk mengisi luasnya ruang bisnis ini, industri membutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang virtualisasi dan cloud.
“Kecakapan dan pengetahuan mahasiswa yang bisa langsung pakai saat mereka terjun ke dunia industri jadi bekal penting saat lulus nanti,” kata Adi. Kebutuhan akan tenaga kerja dengan kemampuan khusus ini masih dirasakan sulit untuk didapatkan oleh industri.
Berkaitan dengan pengenalan produk dan kebutuhan tenaga kerja terampil, VMware kemudian memilih masuk ke dunia pendidikan dan menyediakan teknologi inovasi dalam bentuk kurikulum. Selain itu, ada pelatihan virtualisasi dan cloud bagi tenaga pengajar dan mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia.
Adi menambahkan, secara global, program perusahaannya terhadap pendidikan sudah berjalan lama. Dengan demikian, secara dasar pendidikan, perusahaannya sudah mempunyai bekal kurikulum dan beragam materi, seperti tutorial, video, serta e-learning, yang bisa dibagikan kepada pendidikan di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, VMware bekerja sama dengan 99 perguruan tinggi yang bernaung dalam Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (Aptikom). Tujuannya, melakukan pelatihan, pembekalan, serta program sertifikasi kepada para pengajar dan mahasiswa ilmu komputer.
Sebagai langkah awal dalam memasuki dunia pendidikan, VMware menggandeng Aptikom agar mampu menjangkau berbagai perguruan tinggi yang tak hanya ada di Ibu Kota. “Kami memilih yang kecil-kecil, yang belum tentu mereka mempunyai kemampuan membangun pusat riset sendiri,” ucap Adi.
VMware lalu menawarkan VMware Academy Program, yakni perguruan tinggi akan mendapatkan software yang biasa digunakan oleh enterprise untuk kemudian dimanfaatkan dalam kebutuhan riset perkuliahan. Software ini bisa digunakan mahasiswa pada beragam perangkat.
Mahasiswa akan berkesempatan mengakses aneka materi e-learning, tutorial, dan workshop secara online hingga mengakses laboratorium online milik VMware. Institusi pendidikan mitra VMware juga akan mendapatkan VMware Academy IT.
VMware menyediakan kurikulum standar yang bisa diadopsi perguruan tinggi menjadi mata kuliah wajib atau pilihan. Selain itu, VMware dan Aptikom akan memberikan dukungan agar mahasiswa mendapatkan sertifikasi yang diakui industri. “Dalam kerja sama ini, VMware memberi subsidi hingga 70 persen.”
Asisten Koordinator Management Transformasi Telkom University, Nina Kurnia Hikmawati, mengatakan pendidikan dan industri memang harus sejalan seiring. “Tidak ada artinya kalau pendidikan tidak dipakai oleh industri. Begitu juga sebaliknya, tidak ada artinya industri jika tidak didukung akademik.”
Bagi institusi pendidikan, kerja sama dengan industri seperti VMware merupakan hal penting. Kerja sama ini memastikan bahwa apa yang dipakai dan diterapkan akademik berguna bagi industri. Sebaliknya, apa yang dibutuhkan industri bisa dilakukan oleh institusi akademik. Pada akhirnya, kedua sektor yang saling beririsan ini bisa saling berdiskusi, menciptakan manfaat, dan bisa terwadahi sesuai kebutuhan.
Program memasuki ruang pendidikan tak hanya dilakukan VMware. NetApp, perusahaan penyedia perangkat lunak, melakukan tindakan serupa. NetApp menggandeng Binus International University untuk memanfaatkan sumber daya pengetahuan yang mereka miliki.
Kerja sama bernama Academic Alliance ini menambahkan materi pengajaran penyimpanan dan pengelolaan data NetApp ke dalam kurikulum Business Information System. Materi ini menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa Business Computing Infrastructures and Communications tahun kedua dan ketiga.
NetApp memfasilitasi mahasiswa untuk mempelajari teknologi, terminologi, dan kemampuan untuk mengolah data dalam jumlah besar secara on-promise maupun cloud. Dalam program ini, NetApp menyediakan bahan pengajaran mengenai penyimpanan dan pengelolaan data bagi institusi pendidikan, sesi kuliah berbasis web, simulasi perangkat lunak, hingga sesi pembelajaran 30 jam.
Country Manager NetApp Indonesia, Ana Sopia, mengatakan pihaknya melihat adanya peningkatan kebutuhan tenaga ahli terkait dengan data di industri, terutama di Indonesia. “Ini langkah pertama atas komitmen kami untuk memberdayakan negara dan mendidik bakat muda dari generasi penerus.” ujarnya.
Tujuan yang ingin dicapai NetApp serupa VMware, yaitu menyediakan tenaga ahli dalam bidangnya. NetApp ingin mencetak tenaga ahli bidang pengolahan data digital.
MAYA NAWANGWULAN