TEMPO.CO, Jakarta - Dunia dalam genggaman. Begitu orang menggambarkan keadaan dunia saat ini. Apapun bisa dilakukan dalam sentuhan kecil dan dalam genggaman. Dengan Internet, semua—yang awalnya tampak mustahil---kini menjadi hal biasa.
Semua berawal dari sebuah kerja keras, salah satunya Robert William Taylor— yang meninggal pada usia 85 tahun di rumahnya di Woodside, Calif, Amerika Serikat, Kamis pekan lalu, 13 April 2017. Namun berita kematiannya baru dirilis Senin lalu.
Memang bukan dia seorang yang melakukanya. Internet adalah hasil kerja banyak tangan yang tak terhitung jumlahnya. Namun tak ada seorang yang pantas menerima lebih banyak pujian atas dunia yang berubah begitu cepat berkat Internet selain dia.
Baca: Xiaomi Bawa Layanan Internet Mi Roaming ke Indonesia
Cerita itu berawal pada 1966. Kala itu dia baru saja menduduk posisi baru di Pentagon, sebutan Kementerian Pertahanan, sebagai Direktur Information Processing Techniques Office, bagian dari Advanced Research Projects Agency (ARPA).
Kantor baru mestinya menyenangkan. Namun pada hari pertama, dia segera tahu kekurangan kantornya dan apa yang dibutuhkan.
APRA kala itu sedang mendanai tiga proyek riset komputer yang terpisah. Proyek ini menggunakan tiga terminal komputer terpisah untuk berkomunikasi dengan kolega mereka di Berkeley, MIT, UCLA, dan Stanford.
“Saya merasa bodoh ketika harus bergantian memakai komputer itu,” katanya. “Kami membutuhkan jaringan untuk menyatukannya.” Ya, Taylor memutuskan bahwa departemen ini membutuhkan jaringan komputer tunggal yang berhubugan dalam setiap proyek.
Dia menemui Charlie Herzfeld, kepala APRA, dan menyampaikan ide itu ke dia. “Dia suka ide itu segera dan dia mengambil US$ 1 juta dari anggaran pertahanan rudal balistik dan memberikan itu ke anggaran saya saat itu juga,” ujarnya.
Baca: Telkomsel dan Huawei Uji Coba Teknologi 5G di Palembang
Ideanya adalah membuat Arpanet, pendahulu Internet. Bersama tiga teman kerjanya, yang punya keluhan sama, yakni Bill Duval, Len Kleinrock, dan Charley Kline, dia mulai menghubungkan komputer.
Hasilnya terjadi pada 29 Oktober 1969. Berbeda di dua tempat berbeda,mereka saling menyapa lewat komputer. “Login” adalah kata pertama yag mereka coba. Namun pesan pertama hanya masuk “Lo”. Tak sempurna tentu saja. Namun dari itu teknologi Arpanet terus berkembang.
Taylor meninggalkan Pentagon pada 1969 setelah bertugas di perang Vietnam. Dia kemudian mengajar selama satu tahun di University of Utah sebelum bergabung ke Xerox Palo Alto Research Center (PARC) di California.
Di sana, ia bergabung dengan kelompok kecil peneliti yang menyempurnakan banyak teknologi yang telah dirintis oleh saintis muda komputer Douglas Engelbart dan juga membuat hal baru, termasuk komputasi personal berbasis grafis.
Menjelang akhir karirnya, pada 1990-an, Taylor membantu Digital Equipment Systems Research Laboratory di Palo Alto menciptakan salah satu mesin pencari Internet pertama, AltaVista. “Dari permulaan Internet sampai peluncuran revolusi komputer personal, Bob Taylor adalah arsitek kunci dunia modern kita,” kata Lesli Berlin, ahli sejarah proyek Silicon Valley di Stanford University.
NEW YORK TIMES | CNET | NPR | AHMAD NURHASIM