TEMPO.CO, London - Roby Greenwald, peneliti kesehatan lingkungan di Universitas Emory, Amerika Serikat, dan tim melakukan riset tentang polusi di kabin mobil. Dia menggunakan sebuah perangkat pendeteksi partikel beracun.
Perangkat ini bisa menghirup udara dengan kecepatan seperti paru-paru manusia. Greenwald dan tim menaruhnya di kursi penumpang di 30 kendaraan berbeda di pusat Kota Atlanta, Amerika Serikat.
Ada tujuannya, tentu saja. Bersama timnya, Greenwald ingin mengetahui seberapa besar polusi di kabin kendaraan. Setelah 60 jam, berada di tempat yang macet, perangkat itu diambil kembali dan ditelisik di laboratorium.
Baca: Riset: Lebih Baik Menganggur daripada Kerja tapi Stres
Mau tahu hasilnya? Tahan napas sebentar. Ternyata, menurut risetnya itu, orang yang berada di dalam kabin yang dingin dan juga wangi oleh pengharum memiliki kemungkinan terpapar partikel beracun dua kali lebih banyak ketimbang orang yang berada di jalanan. Tingkat paparan dari hasil temuannya ini lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Mengapa bisa begitu? "Komposisi kimia knalpot berubah sangat cepat, bahkan dalam jarak hanya beberapa meter," kata kolega Greenwald, Heidi Vreeland, dari Universitas Duke. Hasil riset ini dimuat dalam jurnal Atmospheric Environment, akhir Juni lalu.
Menurut Vreeland, hal itu terjadi karena udara yang bergerak ke atas, akibat matahari pagi memanasi jalan raya, membuat polusi lebih tinggi. Tingkat paparan pun tak ada bedanya, antara mobil yang jendelanya terbuka dan yang memiliki pendingin udara. Keduanya sama saja.
Tentu ini menjadi kabar tak enak. Pencemaran udara tersebut tidak bisa dianggap sepele. Tingkat kematian di Inggris setiap tahun akibat polusi udara mencapai 40 ribu orang. Polusi udara di ruangan tertutup lebih mengerikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setiap tahun, 99 ribu orang mati.
Selanjutnya: Sebagian besar sensor polusi