TEMPO.CO, Lousiana - Gelombang gravitasi yang diprediksi Albert Einstein pada 100 tahun lalu kembali diungkap para ilmuwan. Apakah temuan itu dapat menguak sifat-sifat lubang hitam? Selam ini misteri tersebut gagal terpecahkan.
Ilmuwan kembali mendeteksi gelombang gravitasi untuk ketiga kalinya. Gelombang gravitasi tersebut berasal dari fenomena bergabungnya dua lubang hitam raksasa yang berjarak tiga miliar tahun cahaya dari bumi. Sekadar informasi, satu tahun cahaya sekitar 10 triliun kilometer jarak di bumi.
Baca: Gelombang Gravitasi Kembali Terdeteksi, Albert Einstein Benar?
Lubang hitam adalah perubahan wujud dari bintang raksasa yang sekarat. Ketika kolaps, bintang memicu supernova atau ledakan bintang yang membuat sebagian materialnya terpental ke jagat raya.
Para ahli meyakini lubang hitam terbentuk bersamaan dengan galaksi yang menjadi rumah mereka. Berbeda dengan bintang yang melepaskan cahaya, lubang hitam tak bisa dilihat karena tak ada cahaya yang bisa lolos dari tarikan gravitasinya.
Ilustrasi lubang hitam. (NASA)
Sinyal gelombang gravitasi tersebut diambil dari stasiun LIGO (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory) yang ada di Lousiana, Amerika Serikat. Lembaga ini berdiri atas gabungan California Institute of Technology dan Massachusetts Institute of Technology.
Pendeteksian ketiga kalinya ini menegaskan bahwa, metode baru penyeledikan antariksa sedang berlangsung. "Juga, menjelaskan bahwa pengamatan astronomi akan beralih ke hal-hal baru: gelombang gravitasi," kata David Shoemaker, juru bicara LIGO Scientific Collaboration, seperti dilansir laman berita BBC, Jumat, 2 Mei 2017.
Pendeteksian ini terjadi pada 4 Januari lalu pukul 10.11 waktu setempat. Laporan selengkapnya bisa dibaca dalam jurnal Physical Review Letters edisi 1 Juni 2017. Artikel tersebut berjudul "Observation of a 50-Solar-Mass Binary Black Hole Coalescence at Redshift 0.2".
Baca: Kisah-kisah Pembuktian Teori Gravitasi Einstein
Selain membuktikan teori relativitas Einstein benar, pendeteksian ini juga menandakan bahwa ilmuwan mulai dapat menyelidiki sifat-sifat lubang hitam. Pada pendeteksian gelombang gravitasi pada 4 Januari itu, bahwa putaran benda tidak sepenuhnya selaras saat mereka berkumpul.
Albert Einstein. (Wikipedia)
Hal tersebut, menurut para ilmuwan, menunjukkan bahwa objek-objek antariksa tersebut tidak berasal dari sepasang bintang kembar yang sebelumnya mengorbit, meledak, kemudian menjadi lubang hitam. Sebaliknya, objek-objek tersebut kemungkinan besar berasal dari bintang-bintang dengan kehidupan mandiri dan baru bergabung di saat-saat akhir.
"Kami menemukan landasan baru untuk masuk ke dalam teka-teki pemahaman mekanisme pembentukan bintang," kata Laura Cadonati, wakil juru bicara LIGO.
Penemuan ketiga gelombang gravitasi ini juga membuka celah para peneliti untuk mencari efek yang disebut dispersi alias penguraian warna. Dalam sifat cahaya, efek ini menggambarkan bagaimana radiasi elektromagnetik dari frekuensi yang berbeda akan berjalan pada kecepatan yang berbeda melalui media fisis.
Pernahkah Anda melihat pelangi dalam cermin? Itulah yang disebut efek dispersi.
Baca: Kisah Ilmuwan NASA Temukan Formasi Tata Surya Baru
Mengamati langit dalam berbagai aneka gelombang cahaya bisa mengungkap data baru tentang jagat raya. Setelah selama berabad- abad sebelumnya hanya bisa mengamati cahaya dengan instrumen optik, para peneliti kini mampu membuat peralatan yang memungkinkan mendeteksi sinar-X, gelombang radio, gelombang ultraviolet, dan gamma.
Ilustrasi gelombang gravitasi. (NASA)
Penemuan gelombang gravitasi ini membuka potensi baru untuk membongkar rahasia obyek kosmik lainnya. "Jika cukup beruntung mendapat supernova di galaksi kita, mungkin kita bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam gelombang gravitasi yang pernah diungkap Albert Einstein dan mengungkap lebih dalam sifat lubang hitam," kata Bangalore Sathyaprakash, anggota tim LIGO dari Pennsylvania State University.
PHYSICAL REVIEW LETTERS | BBC | AMRI MAHBUB